Literasi dan Talenta, Kunci Pengembangan Masyarakat Digital
Literasi dan talenta digital menjadi pokok perhatian bagi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom). Perusahaan pelat merah itu tak hanya berfokus pada produk, namun juga pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM), riset, serta solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan yang sedang dihadapi bangsa.
Literasi digital menjadi krusial dalam era digital. Tahun lalu, literasi digital Indonesia berada pada level 3,49. Angka tersebut menempatkan indeks literasi digital Indonesia yang masih berada dalam kategori sedang, dengan skala skor indeks 0-5.Bersamaan dengan itu, kebutuhan SDM yang mumpuni di bidang telekomunikasi digital terus meningkat. Maka, upaya penyiapan talenta yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat esensial.
Riset McKinsey dan Bank Dunia menunjukkan, untuk menyiapkan diri menghadapi Revolusi Industri 4.0, Indonesia butuh 9 juta talenta digital sejak 2015-2030. Artinya, setiap tahun dalam periode tersebut, rata-rata Indonesia harus menyediakan 600 ribu talenta digital.
Sementara itu, riset Microsoft dan LinkedIn pada 2020 menunjukkan, beberapa profesi terkait TIK akan sangat dibutuhkan dalam pasar kerja global pada 2025 mendatang.
Untuk mendukung kebutuhan ini, Telkom mengembangkan berbagai program yang melahirkan banyak talenta digital. Program-program tersebut juga mengakomodasi pemikiran para talenta digital untuk menyelesaikan permasalahan bangsa melalui inovasi di bidang telekomunikasi digital.
Salah satu upaya yang telah dilakukan TelkomGroup adalah mengembangkan program pelatihan dan inkubasi bernama Amoeba, yang memungkinkan karyawan Telkom mewujudkan ide-ide inovasinya. Melalui Amoeba, Telkom melahirkan orang-orang yang ahli dalam membuat produk telekomunikasi digital yang solutif dan inovatif.
Laboratorium inovasi Amoeba telah diikuti 10.542 peserta dengan 3.906 ide, 597 inkubasi, dan 1.387 tim yang sudah lulus dari program.
Tak hanya karyawan Telkom yang dibina untuk meningkatkan kualitasnya. Bagi masyarakat umum, Telkom menggelar program bernama Indigo yang menjadi pusat inkubasi dan akselerasi startup. Indigo memberikan akses nyata untuk mewujudkan visi para pendiri startup di Indonesia. Visi inovasi digital ini dikembangkan hingga mewujud menjadi solusi yang memberikan dampak besar.
Saat ini terdapat 24 startup Indigo yang telah memperoleh investasi lanjutan dari berbagai perusahaan modal ventura, serta investor dari dalam maupun luar negeri.
Startup memang menjadi salah satu fokus bagi Telkom yang saat ini sedang gencar melakukan rebranding, dari perusahaan telekomunikasi, menjadi perusahaan telekomunikasi digital. Hal ini sesuai dengan misi perusahaan, yakni membangun infrastruktur dan platform, membentuk kapasitas orang (karyawan Telkom dan masyarakat umum), serta menjalin kemitraan dengan pihak lain.
“Makanya kami juga berinvestasi di berbagai startup,” kata Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah, pertengahan Mei lalu. Melalui anak usaha Telkom, PT Metra Digital Investama (MDI Ventures), perseroan aktif berinvestasi pada startup yang potensial.
Mengutip Idxchannel.com, MDI Ventures telah berinvestasi di lebih dari 50 perusahaan dengan total dana investasi mencapai US$ 300 juta, atau setara Rp 4,51 triliun. Beberapa startup yang menjadi portofolio MDI Ventures antara lain Geenie, Whispir, RUN System, Kredivo, SiCepat dan Amartha.
Tahun ini MDI Ventures mempunyai fokus investasi di bidang teknologi finansial, new retail dan deep tech. “Selain itu startup kesehatan, logistik, dan pertanian atau pangan,” tutur CEO MDI Ventures Donald Wihardja, Kamis (3/2).
Di bidang riset, Telkom mengembangkan Indonesia Telecommunication & Digital Research Institute (ITDRI). ITDRI adalah wadah pengembangan riset dan inovasi di bidang telekomunikasi digital. Inisiatif ini didirikan untuk membantu Indonesia menghadapi perubahan teknologi dan persaingan global yang tak terelakkan.