Ketahui Tanda Playing Victim, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Playing victim adalah tindakan melempar kesalahan yang dilakukannya kepada orang lain. Dalam definisi lain, victim mentality atau playing victim artinya sebuah perilaku seseorang yang merasa dirinya sebagai korban dan melakukan kesalahan yang dilakukannya kepada orang lain.
Kondisi tersebut tentu saja akan merugikan orang disekitarnya. Namun terkadang seseorang yang melakukan playing victim tidak menyadari tindakan yang dilakukannya telah merugikan orang lain. Agar bisa lebih mengetahui tentang apa itu playing victim? Berikut penjelasan lengkapnya.
Tanda Playing Victim
Playing victim atau bisa juga disebut sebagai tindakan memutar balikan fakta yang bisa dikenali berdasarkan tanda atau ciri tertentu. Mengutip dari laman doktersehat.com dan sehatq.com, berikut beberapa tanda seseorang memiliki perilaku playing victim.
- Sulit mengatasi masalah hidup dan merasa tidak mampu menghadapinya.
- Merasa terjebak dalam hidup dan melihat segala sesuatu dengan sikap negatif.
- Merasa diserang ketika ada yang memberikan masukan atau saran yang membangun.
- Sulit membuat perubahan dalam diri sendiri.
- Bergaul dengan orang yang juga senang mengeluh dan menyalahkan orang lain.
- Selalu merasa tidak mendapat dukungan orang lain.
- Mempunyai harga diri yang rendah.
- Kurang empati pada masalah yang dihadapi orang lain.
- Sering merenungkan beragam situasi.
- Berfikir dunia tidak adil.
- Beranggapan bahwa kegagalan sebagai sesuatu yang sifatnya permanen.
- Mempunyai perasaan tidak berdaya.
- Cenderung melakukan hal-hal yang berbahaya.
- Merasa orang lain memiliki hidup yang lebih baik dibandingkan dirinya.
- Selalu fokus pada masalah, bukan solusi.
- Pesimis dalam memecahkan masalah.
- Bersikap argumentatif untuk melawan rasa frustasi yang dimilikinya.
- Menyalahkan orang lain saat terjadi sesuatu yang tidak berjalan dengan baik.
- Selalu beranggapan bahwa orang lain lebih mudah sukses dibandingkan dirinya.
- Menyakini diri sendiri sebagai target kesalahan saat terjadi hal buruk, padahal pada kenyatannya tidak seperti itu.
Penyebab Playing Victim
Perilaku kurang baik tersebut ternyata bisa dipicu oleh beberapa hal. Mengutip dari sehatq.com, berikut beberapa faktor penyebab playing victim.
1. Trauma
Peristiwa kurang menyenangkan yang pernah dialami di masa lalu bisa menyebabkan trauma bagi korbannya. Ternyata rasa trauma tersebut dapat membuat seseorang memiliki perilaku playing victim. Meskipun demikian, tidak semua orang yang memiliki trauma lantas melakukan perilaku tersebut.
2. Pernah menjadi korban
Playing victim juga bisa disebabkan karena orang tersebut pernah menjadi korban pengkhianatan. Terlebih jika hal tersebut terjadi berulang kali. Akibatnya seseorang merasa selalu menjadi korban dan kehilangan rasa percaya kepada orang lain.
3. Sebagai bentuk manipulasi
Playing victim juga bisa menjadi bentuk kesengajaan untuk memanipuasi orang lain. Tujuannya tentu beragam. Misalnya ingin membuat orang lain merasa bersalah, menarik simpati, atau hal lain sesuai keinginan orang tersebut.
4. Mencari keuntungan
Victim mentality jua bsia muncul saat seseorang merasa nyaman dengan keuntungan yang diperoleh saat menjadi korban. Maka dari itu, orang tersebut merasa ketagihan untuk selalu berada di posisi sebagai korban. Beberapa keuntungan yang bisanya didapat saat menjadi korban antara lain:
- Dapat memainkan drama.
- Terhindar dari amarah orang lain.
- Banyak orang yang akhirnya memberikan bantuan.
- Tidak perlu tanggung jawab atas kesalahannya sendiri.
Cara Mengatasi Playing Victim
Bagi sebagian orang berinteraksi dengan seseorang yang mempunyai perilaku victim mentality mungkin tidak mudah. Namun kita juga harus menyadari bahwa seseorang dengan perilaku tersebut mungkin pernah melalui peristiwa yang menyulitkan dirinya.
Sehingga sebagai sesama manusia, alangkah baiknya jika kita tidak mengucilkannya. Melansir dari laman doktersehat.com dan sehatq.com, berikut beberapa tips yang bisa diterapkan untuk bisa berinteraksi baik dengan seseorang yang berpola pikir victim mentality.
1. Menjalin komunikasi dengan baik
Ketika memulai percakapan dengan seseorang yang berperilaku sebagai korban, berikanlah kesempatan kepadanya untuk mengutarakan perasaannya. Kemudain ajak ia agar bisa mengekspresikan perasaan dalam hal yang lebih produktif.
Tak hanya itu, jaga komunikasi dengannya dengan tidak menyebutnya sebagai orang yang selalu berperilaku playing victim. Sebab pelabelan tersebut justru semakin membuat orang tersebut terpuruk dan memperparah keadaannya.
2. Memberikan batas
Terkadang memang sulit untuk membantu atau mendukung seseorang dengan perlaku victim mentality. Saat seseorang sudah terlalu sering menuduh orang lain, maka pilihan untuk memberikan batasan bisa menjadi hal yang tepat.
Membiarkan orang tersebut memikul tanggung jawab sendiri bisa menjadi cara bijak, agar yang bersangkutan menyadari bahwa hal yang dilakukannya bisa merugikan orang lain. Anda tetap bisa peduli dengannya, namun memberikan batas dalam bergaul dengannya juga terkadang diperlukan.
3. Memberikan bantuan
Cara mengatasi playing victim lainnya yaitu bisa dengan mencoba menawarkan bantuan. Beberapa langkah yang bisa diambil yaitu sebagai berikut:
- Mengakui kepercayaannya bahwa ia tidak dapat berbuat sesuatu terhadap situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya.
- Bertanya apa yang akan dilakukannya apabila mempunyai kekuatan untuk melakukan sesuatu.
- Berdiskusi dnegan orang tersebut untuk membantunya mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Mencari tahu alasannya
Hal lain yang bisa Anda lakukan terhadap seseorang yang berperilaku victim mentality yaitu mencari tahu alasan ia melakukan hal tersebut. Dengan memahami alasannya, Anda bisa mengerti kondisinya dan dapat membantu dengan tepat.
Bisa saja seseorang melakukan tindakan tersebut karena kurang percaya diri, rendah diri, hingga depresi. Jika sudah mengetahui alasannya, berikanlah dukungan dan bantuan agar orang tersebut bisa menghilangkan kebiasaan buruknya itu.
Mengenal Victim Blaming
Selain playing victim, ada juga istilah serupa yang dikenal dengan sebutan victim blaming. Apa itu victim blaming dan apa perbedaanya dengan playing victim?
Mengutip dari klikdokter.com, playing victim diartikan sebagai perilaku seseorang yang selalu berperan sebagai korban. Kondisi tersebut biasanya dilakukan karena pihak tersebut merasa takut dan tidak berani menghadapi atau mengakui kesalahannya.
Sedangkan victim blaming adalah respon dari seseorang yang condong menyalahkan korban atas hal yang terjadi. Orang tersebut tidak menyalahkan pelaku, bahkan seringkali membenarkan tindakan pelaku. Dengan kata lain, victim blaming bisanya dilakukan oleh pihak ketiga di luar korban dan pelaku.
Victim blaming biasanya ditemukan pada kasus kekerasan seksual. Biasanya banyak pihak yang menyoroti korban dan menyalahkan korban atas kejadian tersebut. Namun seringkali orang lupa untuk mengusut kesalahan pelaku.
Kasus victim blaming bisa terjadi karena ketidaktahuan atau rasa tidak peduli terhadap orang lain. Sehingga respon yang diberikan menjadi kurang tepat. Akibatnya, korban yang mengalami peristiwa tersebut merasa dirinya semakin terancam akibat respon publik yang menyudutkannya.
Untuk menghindari perilakui victim blaming, berikut beberapa tindakan pencegahan yang bisa kita lakukan:
- Meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang victim blaming.
- Fokus terhadap hal penting ketika mendengar atau menghadapi peristiwa kurang menyenangkan.
- Memastikan korban dalam keadaan yang lebih aman dan nyaman.
- Hargai dan berikan waktu lebih untuk korban berbicara. Sebab menceritakan hal yang tidak menyenangkan bukanlah tindakan yang mudah.
- Hindari mengaitkan peristiwa atau perasaan kroban dengan emosi pribadi.
- Pastikan hak korban terpenuhi.
- Berhenti memarginalisasikan korban.
- Bersikap baik terhadap peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar.