PB Djarum, Dari Pencetak Juara Dunia hingga Tuduhan Eksploitasi Anak
Perkumpulan Bulu Tangkis (PB) Djarum telah menghentikan audisi umum beasiswa bulu tangkis untuk tahun depan. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menyayangkan keputusan tersebut.
Menurut dia, apa yang dilakukan PB Djarum selama ini merupakan salah satu upaya untuk melahirkan atlet potensial. Hasilnya pun sudah dibuktikan dalam beberapa kejuaraan internasional.
Kevin Sanjaya adalah salah satu contoh hasil audisi itu pada 2007. Saat ini ia berpasangan dengan Marcus Gideon dan berada di peringkat satu dunia untuk nomor ganda putra.
“Jangan pernah memimpikan audisi ini berhenti. Lakukan terus. Ini demi anak-anak kita,” kata Imam pada peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) kemarin, Minggu (8/9), di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Ia menilai tuduhan PB Djarum telah mengeksploitasi anak tidak beralasan. “Kami melihat tidak ada niat untuk itu,” ucapnya.
(Baca: Tarif Cukai Rokok Diprediksi Naik Sekitar 11% Tahun Depan)
Sebelumnya, Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin mengatakan, penghentian audisi ini sifatnya final. “Tahun 2019 akan menjadi audisi terakhir,” kata Yoppy di GOR Satria, Purwokerto, Jawa Tengah, beberapa hari lalu.
Keputusan ini diambil pada rapat Rabu lalu. “Ini bukan keputusan emosional, tapi sangat rasional,” ujarnya.
Pemicu utamanya adalah permintaan dari kementerian dan lembaga terkait agar Djarum Foundation menghentikan penggunaan anak sebagai media promosi mereka dagang rokok Djarum melalui audisi beasiswa bulu tangkis.
Yoppy menyayangkan pandangan tersebut. Sejak 2006 PB Djarum menyelenggarakan audisi itu dengan semangat menjaring calon bintang bulu tangkis masa depat. “Semangat setiap audisi adalah sporitifitas,” katanya.
Jumlah Perokok Remaja di Indonesia
Masalah ini bermula dari protes Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Dalam konferensi pers pada 14 Februari lalu bersama Yayasan Lentera Anak, KPAI menduga terjadi eksploitasi anak-anak berusia enam sampai 15 tahun untuk mempromosikan produk rokok melalui audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis.
“Anak-anak yang menjadi peserta audisi diwajibkan mengenakan kaos dengan logo produk rokok,” kata Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari saat jumpa per situ. “Tubuh anak telah digunakan untuk mempromosikan rokok.”
(Baca: DPR Tak Setuju Cukai Rokok Naik 10%, Saham GGRM dan HMSP Menghijau)
Komisioner KPAI Bidang Kesehatan dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) Sitti Himawatty mengatakan, anak-anak telah dieksploitasi industri rokok sejak dari hulu dan hilir. “Sejak dari pertanian tembakau hingga dalam iklan, promosi, dan sponsorship,” ucapnya.
Senada dengan hal itu, psikolog Liza Marielly Djaprie pun mengatakan audisi itu hanya bertujuan membangun persepsi bahwa rokok adalah hal yang normal dan baik. “Industri rokok akan selalu mencari regenerasi konsumen,” kata Liza.
Data dari Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) yang berjudul The Tobacco Control Atlas ASEAN Region, menunjukkan persentase remaja Indonesia berusia 13-15 tahun yang merokok sebesar 19,4%. Angka tersebut yang tertinggi di antara negara ASEAN lainnya.
Grafik Databoks berikut ini menunjukkan persentase remaja yang merokok terbanyak selanjutnya terdapat di Malaysia sebesar 14,8% dan Filipina sebesar 14,5%.