RI Tembus 100 Ribu Kasus, Jumlah Tes Covid-19 Belum Capai Target

Sorta Tobing
27 Juli 2020, 16:49
pandemi corona, covid-19, virus corona, angka kasus tembus 100 ribu, jokowi, tes virus corona, tes pcr, swab test, rapid test
ANTARA FOTO/FB Anggoro/aww.
Seorang warga menjalani pengambilan spesimen lendir untuk tes polymerase chain reaction (PCR) COVID-19 di Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (4/6/2020).

Kasus Covid-19 telah menembus angka 100 ribu pasien di Indonesia. Negara ini sedikit lagi akan berada di posisi 20 besar jumlah kasus virus corona terbanyak di dunia, bahkan melebihi Tiongkok, sumber wabah ini bermula.

Tren penambahan kasus dalam sepekan terakhir terus meningkat. Angkanya selalu melebihi 1.400 orang per hari seperti terlihat dari grafik Databoks di bawah ini.

Data Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional menunjukkan per hari ini, Senin (27/7), total kasus mencapai 100.303 pasien dengan penambahan 1.525 kasus. Orang yang meninggal mencapai 4.838 orang dan sembuh 58.173 pasien.

Presiden Joko Widodo memerintahkan Komite untuk fokus pada delapan provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Papua. Sebanyak 78% kasus Covid-19 di Tanah Air berasal dari delapan provinsi ini.

“Targetnya jelas,  menurunkan angka kematian serendah mungkin, menaikkan angka kesembuhan ke level tertinggi, dan meminta laju pertumbuhan kasus baru Covid-19 dikendalikan,” ujar Jokowi.

Strategi pengendalian ini menurutnya perlu diikuti dengan tracing, testing, and treatment (3T) kasus corona secara masif dan agresif. Selain itu, kekurangan alat kesehatan seperti mesin Polymerase Chain Reaction (PCR), kapasitas laboratorium, Alat Pelindung Diri (APD), dan peralatan rumah sakit lainnya harus diselesaikan

“Untuk tes virus corona, kita perlu lebih banyak uji tes PCR dan laboratorium. Saya optimstis kita dapat mencapai target 30 ribu (spesimen per hari),” katanya.

Soal Jumlah Tes, Jakarta Terdepan

DKI Jakarta menjadi salah satu provinsi yang menggenjot jumlah tes corona. Hingga Senin (27/07), total spesimen yang telah diperiksa mencapai 516.865 spesimen. Lonjakan tes ini membuat positivity rate harian di DKI pun ikut naik. Rekornya terjadi pada Sabtu lalu, dengan angka harian mencapai 12,4% dari total 4.325 spesimen yang diperiksa.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan pihaknya gencar melakukan tes Covid-19 untuk menemukan pasien positif dan mengisolasinya agar tidak terjadi penularan. Penelusuran pasien akan membuat ibu kota menjadi lebih cepat mengendalikan laju penyebaran virus corona.

Ia berencana meningkatkan jumlah tes karena ada banyak kasus positif yang tanpa gejala dialami warganya. Gencarnya tes di Jakarta juga semakin dipicu penerimaan 100 ribu alat rapid diagnostic test (RDT) dari pemerintah pusat. Angka ini lima kali lebih banyak ketimbang Jawa Barat yang menerima 20 ribu alat tes.

Sebanyak 55% kasus positif di Jakarta berasal dari kasus tanpa gejala. Berkaca dari kasus corona di Kota Wuhan (Tiongkok), episentrum pertama wabah ini, ada 85% kasus Covid-19 tidak terdeteksi.

Jakarta juga telah memenuhi syarat minimum tes corona menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO. Jumlah pengujian Covid-19 telah di atas standar satu per seribu orang.

Akurasi Rapid Test Lemah, Uji Tes PCR Terbatas

Pengujian tes corona di Indonesia masih meninggalkan masalah. Indonesia saat ini masih mengandalkan rapid test atau tes cepat. Padahal, akurasinya tergolong rendah.

Rapid test sendiri memiliki dua jenis, yakni berdasarkan antigen yang diterapkan di Korea Selatan dan Malaysia serta berdasarkan antibodi seperti yang diterapkan di Amerika Serikat dan Indonesia.

Pada pengujian tes rapid berdasarkan antigen, diagnosis akan diketahui dengan mendeteksi keberadaan benda asing dalam tubuh, dalam kasus ini adalah virus corona. Sampel tes diambil dari lendir di tenggorokan sebagai antibodi pasien yang diteteskan pada alat tes. Sampel ini yang digunakan untuk mengetahui keberadaan antigen, yakni virus corona.

Sementara, tes cepat dengan antibodi akan mendeteksi keberadaan antibodi dalam sampel darah yang diletakkan dalam alat tes. Alat tes yang disiapkan telah diberi antigen untuk mendeteksi kemunculan antibodi di tubuh pasien. Pasien dikatakan reaktif ketika ada pertemuan antibodi dan antigen dalam darah.

Kelemahan rapid test berdasarkan antibodi ialah metode yang kurang peka mengenali keberadaan virus corona. Pasalnya, Covid-19 mirip dengan virus lain sehingga identifikasi tes memiliki kemungkinan lebih besar untuk keliru.

Pengujian di Indonesia sendiri dilakukan dua tahap. Tahap pertama dengan rapid test sebagai deteksi awal, lalu dilanjutkan dengan tes usap. Tes usap atau polymere chain reaction (PCR) merupakan yang paling akurat dalam mendeteksi Covid-19. Pengujiannya memakai sampel lendir di tenggorokan dan hidung dari tubuh pasien.

Jika mengikuti acuan WHO, Indonesia seharusnya melakukan tes usap minimal 54 ribu spesimen sehari atau 270 ribu spesimen selama satu pekan. Hingga kini, Indonesia masih belum mencapai standar minimum tersebut.

Menurut data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, pemeriksaan spesimen pada kemarin masih berada di angka 20.492 spesimen. Dari angka itu, sebanyak 1.301 orang positif Covid-19. Rekor pemeriksaan spesimen harian terjadi pada 17 Juli lalu di angka 29.176 spesimen.

Penyumbang bahan: Muhamad Arfan Septiawan (magang)

Reporter: Rizky Alika

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...