Kontroversi Sputnik-V, Vaksin Covid-19 Buatan Rusia

Sorta Tobing
12 Agustus 2020, 17:12
vaksin virus corona, sputnik-v, kontroversi vaksin covid-19 buatan rusia, pandemi corona
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aww.
Ilustrasi. Rusia mengklaim menjadi negara pertama di dunia yang menemukan vaksin untuk virus SARS-CoV-2 alias Covid-19 bernama Sputnik-V.

Rusia mengklaim menjadi negara pertama di dunia yang menemukan vaksin untuk virus SARS-CoV-2 alias Covid-19. Presiden Vladimir Putir mengumumkan vaksin ini telah menyelesaikan pengujian dan terbukti secara efektif membentuk kekebalan yang stabil dalam tubuh pasien.

Ia bahkan mengatakan salah satu putrinya telah menerima vaksin virus corona tersebut, meskipun sempat mengalami demam. “Sekarang dia merasa sehat,” katanya dalam rapat kabinet di Moskow kemarin, Selasa (11/8), dikutip dari CNN.

Vaksin bernama Sputnik-V itu dikembangkan oleh Gamaleya Institute. Sesuai namanya yang diambil dari satelit pertama dunia pada 1957 oleh Uni Soviet, kemunculannya mengejutkan dunia. Pasalnya, Gamaleya melakukan pengujian klinis tahap ketiga yang melibatkan ribuan orang.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telat memperingatkan Moskow agar tidak menyimpang dari metode pengujian vaksin yang sudah menjadi standar baku selama ini. Menurut standar WHO, ada empat rangkaian tes yang harus dilewati.

Pertama, tahap preklinical. Pada tahap ini, calon vaksin mulai diuji coba kepada binatang untuk melihat perkembangan respon imun subjek. Bila subjek menunjukan tidak menunjukan gejala yang berbahaya, test berlanjut pada uji coba klinis tahap pertama.

Pada uji coba tahap pertama, calon vaksin mulai diinjeksikan kepada manusia dengan skala kecil. Pengujian di tahap ini untuk melihat kemanan dan mempelajari berbagai respon imun yang telah diberi vaksin. Bila aman, uji klinis tahap dua yang bertujuan mencari dosis yang tepat. WHO menyebut uji coba tahap kedua ini melibatkan setidanya ratusan subjek.

Uji coba tahap terakhir dilakukan untuk mengkonfirmasi keamanan, efek samping, serta efektivitas calon vaksin. Proses ini melibatkan ribuan subjek yang diberi vaksin serta kelompok yang diberi placebo atau penanganan palsu sebagai variabel kontrol penelitian.

Dengan melewatkan uji klinis dalam skala besar, banyak ahli mempertanyakan aspek keamaanan Sputnik-V, yang bernama lain Gam-COVID-Vac. Rusia dianggap mengambil jalan pintas untuk merebut kemenangan sebagai negara yang akan mengatasi pandemi corona di dunia.

Langkah Prematur Sputnik-V

Perlombaan global mendapatkan vaksin Covid-19 yang melibatkan Rusia, Amerika Serikat, dan Tiongkok, melansir dari The Washington Post, ibarat perang proksi. Washington membuat program khusus pengembangan hingga distribusi vaksin tersebut bernama Operation Warp Speed.

Beijing menggelontorkan miliaran dolar AS untuk dapat menjadi negara terdepan dalam pembuatan vaksin virus corona. Moskow berlari super cepat untuk menyelesaikan vaksinnya.

Beberapa pekan lalu AS, Kanada, dan Inggris sempat menuduh peretas Rusia mencoba mencuri hasil penelitian vaksinnya, namun langsung dibantah oleh Moskow. Pejabat Rusia mengatakan vaksin mereka dibuat berdasarkan desain yang dikembangkan ilmuwannya ketika membuat vaksin virus Ebola.

Saat ini di seluruh dunia, terdapat 30 vaksin Covid-19 dari 188 kandidat yang masuk tahap uji coba pada manusia. Tujuh vaksin memasuki tahap akhir dan masuk ke tahap pengujian massal, yaitu Moderna (AS), Oxford University dan AstraZeneca (Inggris), dan beberapa perusahaan Tiongkok.

Grafik Databoks berikut ini menunjukkan sebanyak 139 vaksin masih dalam tahap pra-klinis atau masih diuji coba ke hewan. Kemudian, ada 25 vaksin pada fase I, 17 vaksin pada fase II, dan tujuh vaksin pada fase III. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...