Rumitnya Menambal Cadangan Gas Nasional

Image title
17 September 2020, 19:50
cadangan gas nasional, skk migas, bph migas, tangguh train 3, idd, masela, jambaran tiung-biru
123rf
Ilustrasi. Indonesia diproyeksi mengalami defisit gas pada 2023. Pemerintah dan SKK Migas sedang berupaya menambal defisit itu.

Dalam beberapa tahun terakhir cadangan gas di Indonesia terus mengalami penurunan. Kondisinya semakin runyam karena kegiatan eksplorasi yang semakin sedikit. Akibatnya, negara ini diproyeksi mengalami defisit gas pada 2023.

Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Soerjaningsih pada 18 Mei lalu sempat mengatakan jika tidak ada proyek baru dan rencana pengembangan blok migas yang berjalan, pasokan gas yang ada tak akan cukup memenuhi kebutuhan domestik. "Memenuhi kontrak gas existing saja dari 2023 sudah tidak mampu," ujarnya ketika itu.

Advertisement

Pemerintah sebenarnya berharap pada produksi empat proyek yang masuk dalam daftar strategis nasional guna menutup kurangnya pasokan gas. Keempatnya adalah proyek Tangguh Train 3, Lapangan Abadi Blok Masela, Indonesia Deep Water Development (IDD), dan Proyek Pengembangan Lapangan Gas Unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB).

Namun, dalam perjalanannya, tak satu pun dari proyek tersebut telah berproduksi. Kondisinya semakin rumit karena harga minyak yang anjlok terimbas pandemi Covid-19. Pemenuhan cadangan gas pun menjadi jalan di tempat.

Pelaksana Tugas Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih mengatakan tertundanya operasional proyek Tangguh Train 3 dan JTB karena para pekerja mengikuti protokol Covid-19. Perusahaan migas asal Inggris, BP,  saat ini mulai meningkatkan pembangunan Tangguh Train 3 melalui penambahan jumlah pekerja di lapangan dari 6.300 orang menjadi 7.700 orang.

Untuk JTB, SKK Migas sedang mengusahakan agar aktivitas pengerjaan proyek dapat dilakukan lebih lama dibandingkan jam kerja yang diterapkan pemerintah daerah Jawa Timur. “Lalu, untuk proyek IDD dan Masela, SKK Migas masih menunggu respons kontraktor kontrak kerja sama (KKKS),” katanya kepada Katadata.co.id, Kamis (17/9).

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, total cadangan gas di Indonesia hingga 2018 sebesar 135,55 triliun kaki kubik (TCF). Rinciannya, cadangan terbukti 99,06 TCF, cadangan potensial 21,26 TCF, dan cadangan yang mungkin 18,23 TCF. Volume tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 1 Januari 2017 total cadangan gas mencapai 142,72 TCF.

SKK MIgas mencatat status cadangan gas nasional per 2019 adalah 77 TCF, tidak termasuk potensi gas Natuna. Untuk meningkatkan angka itu, SKK Migas sedang merealisasikan kegiatan eksplorasi. “Kami berupaya agar di sisa tahun ini beberapa kegiatan dapat terealisasi secara optimal,” ucap Susana.

Hingga Agustus 2020, realisasi survei seismik dua dimensi telah mencapai 1.150 kilometer (di luar seismik Jambi Merang), seismik tiga dimensi mencapai 795 kilometer persegi, dan pengeboran sumur eksplorasi mencapai 14 sumur.

Sebagai perbandingan, pada 2018 aktivitas eksplorasi dua dimensi mencapai 2.469 kilometer. Di tahun berikutnya naik menjadi 14.356 kilometer. Sejak Januari hingga Agustus 2020 aktivitas survei dua dimensi mencapai 1.150 kilometer plus Jambi Merang 25.150 kilometer sehingga totalnya 26.300 kilometer. Angka realisasi itu mencapai 183% dibandingkan 2019.

Di tengah masalah cadangan gas ini, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan kebutuhan energi nasional tidak semata dipenuhi dari minyak dan gas bumi. Masih ada sumber lain, seperti energi baru terbarukan atau EBT. Namun, investasi yang tergolong besar membuat pengembangannya pun menjadi sulit.

Ia menyebut perkembangan bauran energi primer dari tahun 2016 hingga semester I-2020 untuk EBT mengalami peningkatan. Hingga pertengahan pertama tahun ini bauran EBT telah mencapai 10,9%. Angkanya naik dari tahun lalu yang hanya 9,15%.

Untuk energi fosil, pemakaian gas bumi turun dari awalnya 20,13% menjadi 19,36% di semester I-2020. "Batu bara sudah turun dari 37,15% ke 35,36%," ujar Djoko kepada Katadata.co.id, Rabu malam (17/9). Namun, untuk minyak justru meningkat dari 2019 sebesar 33,58% di semester 1 2020 sebesar 34,38%.

LNG Bontang untuk Cadangan Gas Nasional?

Pemanfaatan gas sebenarnya dapat menjadi opsi menuju transisi energi bersih. Bahkan penggunaannya dapat berdampak pada upaya pemerintah dalam mengurangi impor bahan bakar minyak. PLN mengklaim melalui proyek gasifikasi pembangkit listrik, perusahaan dapat menghemat konsumsi BBM hingga satu juta kilo liter. Biaya operasionalnya juga turun hingga Rp 4 triliun.

Dengan kondisi itu, potensi pemanfaatan gas bumi dalam negeri masih menjanjikan. Namun, isu pasokan terus bermasalah hingga saat ini.

Kabar akan berakhirnya kontrak perjanjian jual beli gas dari konsorsium WBX (Western Buyer Extention) Jepang di proyek LNG Bontang dapat menjadi angin segar untuk industri gas Tanah Air. BPH Migas berharap pasokan gas tersebut dapat dialihkan sebagai cadangan gas nasional dan dioptimalkan untuk pasar domestik.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement