SKK Migas Sebut Proses Peralihan Proyek IDD ke ENI Tahap Finalisasi

Image title
30 September 2020, 15:01
idd, indonesia deepwatter development, skk migas, chevron, eni
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto berpendapat ENI merupakan perusahaan yang tepat untuk mengelola blok IDD tahap II.

Proses peralihan pengelolaan proyek migas laut dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD) tahap II tengah tahap finalisasi. Perusahaan energi asalah Italia, ENI, menjadi kandidat kuat menggantikan Chevron untuk mengelola proyek itu.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto berpendapat ENI merupakan perusahaan yang tepat untuk mengelola blok migas tersebut. Perusahaan memiliki fasilitas pendukung produksi gas terapung (floating production unit/FPU) di Lapangan Jangkrik yang bisa terintegrasi dengan proyek IDD tahap II.

Advertisement

Dengan begitu, biaya investasi yang akan dikeluarkan untuk proyek ini dapat diturunkan. "Seandainya ENI menggantikan Chevron ada beberapa hal positif. Biaya investasi dari fasilitas produksinya dapat lebih murah," kata Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Rabu (9/30).

Anggota Komisi VII DPR RI Rudy Mas'ud meminta agar pengembangan proyek IDD dapat segera dikerjakan. Pasalnya, cadangan lapangan gas di Indonesia terus mengalami penurunan, seperti wilayah kerja yang dikolola oleh Pertamina Hulu Mahakam dan Pertamina Hulu Kalimantan Timur. Kalau tidak segera tertangani maka pasokan gas untuk ke kilang ikut terganggu. "Kilang Bontang dapat berhenti di 2025. Pasokannya tidak ada.," kata dia.

Grafik Databoks di bawah ini menunjukkan produksi gas sebenarnya menunjukkan tren kenaikan dari tahun ke tahun. Pada 2018, produksi gas alam nasional naik 0,4% dibanding tahun sebelumnya menjadi 62,9 juta ton setara minyak (MToe).

Kebutuhan gas domestik terus meningkat pasca program konversi minyak tanah ke gas pada 2006. Pada 2012, pasokan gas domestik mencapai 3.631 miliar British Termal Unit per hari (BBTUD), lebih besar dari alokasi ekspor sebesar 3.550 BBTUD. Setelah itu alokasi gas untuk domestik selalu lebih besar dibanding pasar ekspor. Pada 2018, pemenuhan gas untuk domestik mencapai 3.995 BBTUD sementara pasar ekspor 2.669 BBTUD.

Pada 2005, alokasi gas untuk pasar domestik hanya mencapai 27% dari total produksi gas nasional. Namun, pada 2018 telah mencapai sekitar 60% dari total produksi seiring meningkatnya kebutuhan energi masyarakat, terutama dari gas alam.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement