Premier Oil Gandeng BUMN Rusia Garap Blok Tuna
Perusahaan migas milik pemerintah Rusia, Zarubezhneft, mengakuisisi 50% hak partisipasi atau participating interest milik Premier Oil di Blok Tuna, Perairan Natuna. Akuisisi ini perusahaan lakukan melalui anak usahanya, ZN Asia Ltd.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyebut pandemi Covid-19 tidak menurunkan minat investasi migas. Hal ini terbukti dengan masuknya perusahaan pelat merah dari Negeri Kremlin ke Indonesia. "Investasi di Indonesia relatif lebih baik dibanding negara lainnya. Penurunannya hanya sekitar 18%," ujar dia dalam keterangan tertulis, Kamis (22/10).
SKK Migas memberikan apresiasi kepada Premier Oil yang berhasil menggandeng patner baru. Langkah tersebut dapat memperkecil risiko investasi. Harapannya, tingkat keberhasilan pengelolaan Blok Tuna akan semakin meningkat.
Blok itu, menurut Dwi, sudah dekat ke tahap eksplorasi. “Selanjutnya adalah pengajuan rencana pengembangan (PoD),” ucapnya.
Lapangan di Blok Tuna memiliki peran strategis secara geopolitik. Letaknya berbatasan dengan Vietnam dan dekat dengan Laut Cina Selatan yang kerap menjadi wilayah sengketa berbagai negara, terutama Tiongkok. Dengan beroperasinya blok migas itu, kedaulatan Indonesia akan semakin kuat.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi telah menjamin kepastian hukum bagi Premier Oil untuk dalam mengembangkan potensi minyak dan gas (migas) Blok Tuna.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves, Purbaya Yudhi Sadewa ketika itu mengatakan jaminan yang diberikan berupa surat kepastian hukum beroperasi. "Mereka minta kami terbitkan surat itu," ujar dia pada 9 Juni lalu.
Gas Blok Tuna Dibeli Petrovietnam
Wilayah kerjanya berada di lepas pantai Laut Natuna dengan kedalaman air sekitar 110 meter. Kontrak bagi hasil Blok Tuna telah berlaku sejak 21 Maret 2007 dengan Premier Oil sebagai operator dan memegang 100% hak partisipasinya.
Kegiatan akuisisi seismik dua dimensi dan tiga dimesin telah berlangsung. Perusahaan asal Inggris itu juga telah melakukan pengeboran empat sumur eksplorasi, yaitu Gajah Laut Utara-1, Belu Laut-1, Kuda Laut-1, dan Singa Laut-1. Semua komitmen eksplorasi telah terpenuhi.
Perusahaan menemukan hidrokarbon di sumur Kuda Laut-1 dan Singa Laut-1 yang strukturnya bersebelahan. Keduanya kemudian bernama Lapangan Tuna, dengan cadangan 104 juta barel setara minyak (MMBOE). Gas mendominasi temuan itu dengan kandungan karbondioksida kurang dari 2%.
Rencananya, pengembangan Lapangan Tuna akan memakai fasilitas produksi milik Vietnam. Premier Oil tak bisa memakai fasilitas yang ada di perairan Indonesia karena wilayah kerja terdekat, yaitu Natuna Sea Block A, berjarak sekitar 385 kilometer.
Premier Oil telah menandatangani nota kesepahaman atau MoU penjualan gas Blok Tuna kepada perusahaan migas asal Vietnam, Petrovietnam. Penandatanganan kedua belah pihak dilakukan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) 2017 di Da Nang.