Beban Berat Bisnis Hulu Migas yang Tertekan Pandemi

Image title
19 November 2020, 19:31
Ilustrasi investasi minyak
123RF.com/skypicsstudio
Pandemi Covid-19 telah membuat konsumsi melemah. Harga minyak dan investasi hulu migas pun ikut terperosok.

Dunia saat ini mengalami kelebihan pasokan minyak. Pandemi Covid-19 telah membuat konsumsi melemah, harga minyak pun ikut terperosok.

Organisasi negara pengekspor minyak plus Rusia dan sekutunya alias OPEC+ telah sepakat menurunkan produksi sebesar 7,7 juta barel per hari sejak Juli lalu. Pemangkasan ini kemungkinan besar akan bertahan hingga tahun depan untuk menjaga harganya.

Advertisement

Penurunan harga minyak telah berimbas pula pada investasi di sektor hulu migas. Angkanya secara global terkoreksi 30% menjadi US$ 288 miliar hingga akhir tahun. Untuk investasi migas Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan penurunannya mencapai 20% dari prediksi US$ 13,8 miliar.

Direktur Riset Wood Mackenzie Andrew Harwood menyampaikan pemotongan belanja modal akan terus berlanjut hingga tahun depan. Bahkan nilainya mencapai US$ 500 miliar selama lima tahun ke depan. "2020 menjadi tahun yang dramatis bagi industri migas," katanya dalam Indonesia Oil & Gas Upstream Outlook Webinar, Kamis (19/11).

Pemerintah berharap harga minyak dapat bertahan di atas US$ 40 per barel supaya iklim investasi membaik. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial mengatakan potensi migas Indonesia masih banyak. Ada pula 68 cekungan potensial yang belum dieksplorasi. “Cadangan minyak mentah sekitar 3,8 miliar barel dan gas 77,29 triliun kaki kubik,” ujarnya.

Untuk menarik investasi, pemerintah melakukan penyederhanaan aturan melalui fleksibilitas kontrak. Kontraktor migas dapat memilih skema gross split atau cost recovery. Roadshow untuk lelang wilayah kerja migas tahun depan juga sudah berlangsung.

Untuk menarik investor, pemerintah juga menyediakan insentif fiskal dan non-fiskal, termasuk simplifikasi perizinan dan memperkuat data. Di saat yang sama, pemerintah juga menjaga level produksi melalui teknologi pengurasan minyak atau EOR. “Kami berharap regulasi ini akan meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi,” ujarnya.

Pengeboran minyak lepas pantai.
Pengeboran minyak lepas pantai. (KATADATA)

Minyak Masih Berperan Peran Penting Hingga 2030

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan pada 2030 permintaan minyak akan terus meningkat hampir 50% dari saat ini. Namun gap antara produksi dan konsumsi semakin melebar. Impor akan terus terjadi dan neraca perdagangan semakin defisit.

Banyak tantangan untuk mencapai target, terutama produksi 1 juta barel per hari dalam satu dekade. Saat ini angknya baru di sekitar 700 ribu barel per hari. Untuk mencapainya, menurut Dwi, transformasi sangat penting. Semua pihak tak bisa lagi menjalankan bisnis seperti biasa. Kegiatan eksplorasi harus lebih agresif dan efisien. Sumur-sumur tua perlu memanfaatkan teknologi EOR untuk menjaga produksi.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement