Harapan Baru Proyek Laut Dalam Selat Makassar di Tangan ENI

Image title
20 November 2020, 17:13
idd, indonesia deepwater, selat makassar, chevron, eni, skk migas, proyek laut dalam
123RF.com/_fla
Perusahaan migas asal Italia, ENI, bakal menggantikan posisi Chevron dalam mengembangkan proyek Indonesia Deepwater atau IDD di Selat Makassar.

Perusahaan migas asal Italia, ENI, bakal menggantikan posisi Chevron dalam mengembangkan proyek Indonesia Deepwater atau IDD di Selat Makassar. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan kedua pihak telah melalui proses diskusi terkait alih kelola proyek tersebut.

Ia berahap proses administrasinya dapat segera rampung pada akhir tahun ini. “Dengan begitu, tahun depan sudah ada perubahan proposal rencana pengembangan (PoD),” katanya dalam Indonesian Oil & Gas Upstream Outlook Webinar, Kamis (19/11).

Posisi ENI dalam mengambil alih proyek laut dalam itu sangat strategis. Perusahaan sudah memiliki fasilitas produksi di Blok Muara Bakau dan Lapangan Merakes, Blok East Sepinggan. Lokasinya di cekungan Kutai, lepas pantai Kalimantan Timur.

Dwi mengatakan, masuknya ENI bakal membuat rencana pengembangan menjadi lebih baik. “Karena ENI sudah memiliki fasilitas yang dapat diintegrasikan dengan IDD,” ucapnya. Meskipun ada perubahan kepemilikan saham, ia yakin proyek itu dapat rampung dan mulai berproduksi di 2025.

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan saat ini masih menunggu laporan terbaru dari Chevron soal alih kelola tersebut. "Karena ini business to business," ujarnya kepada Katadata.co.id pagi tadi.

Rig Offshore Sumur Tambakboyo-3
Ilustrasi. Rig lapangan migas lepas pantai atau offshore. (KATADATA)

Proyek Laut Dalam ENI

Chevron saat ini memiliki 62% saham di IDD, sisanya dipegang oleh ENI 20% dan Sinopec 18%. Terdapat lima lapangan gas yang akan dikembangkan dalam proyek IDD ini yaitu Lapangan Bangka, Gehem, Gendalo, Maha, dan Gandang.

Lapangan Bangka telah berproduksi sejak Agustus 2016 dengan kapasitas terpasang 110 juta kaki kubik gas dan 4 ribu barel kondesat per hari. Namun, Chevron memilih tidak melanjutkan IDD tahap kedua.

Keputusan itu sudah santer terdengar pada 2015 ketika harga minyak dunia turun. Harganya semakin memburuk saat ini di tengah pandemi Covid-19 yang menurunkan konsumsi dan permintaan minyak.

Manager Corporate Communication Chevron Pacific Indonesia Sonitha Poernomo mengatakan proyek ini tidak lagi masuk secara hitungan keekonomian. IDD tahap II tak dapat bersaing dengan portofolio global Chevron untuk mendapatkan pendanaan.

Perusahaan lalu mencari operator penggantinya. "Kami percaya proyek ini akan memiliki nilai untuk operator lain, agar Kutai Basin dapat terus dikembangkan dengan selamat dan bertanggung jawab," kata dia pada pertengahan tahun ini.

Masuknya ENI bukan tanpa sebab. Selain memiliki fasilitas produksi yang berdekatan dengan IDD, perusahaan juga memiliki pengalaman mengerjakan proyek deepwater, termasuk di Myanmar dan Angola.

Untuk proyek Angola, melansi dari situs S&P Global, ENI sudah mulai berproduksi pada Januari lalu. Ada lima lapangan minyak ditemukan pada Blok Agogo dengan produksi awal sekitar 20 ribu barel per hari.

tambang minyak lepas pantai
Lapangan minyak lepas pantai atau offshore. (KATADATA)

Butuh Banyak Insentif

Pandemi Covid-19 membuat ENI mencatat kerugian bersih sepanjang kuartal ketiga 2020 sebesar US$ 7,83 miliar (sekitar Rp 111,3 triliun). Realisasi itu berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu ketika perusahaan meraih untung sebesar US$ 2,03 miliar.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...