Pembangunan Infrastruktur yang Tak Sejalan dengan Target Produksi Gas

Image title
30 November 2020, 17:47
pipa gas, mph migas, produksi minyak, produksi gas, proyek strategis national, cisem, sei mangkei-dumai, west natuna transportation system-pulau pemping
123rf.com/Sergiy Serdyuk
Ilustrasi. Pemerintah menargetkan produksi gas bakal naik hingga 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) di 2030, tapi sampan sekarang infrastrukturnya belum memadai.

Optimisme pemerintah dalam menggenjot produksi di sektor minyak dan gas bumi di 2030 cukup besar. Tak hanya target 1 juta barel minyak saja, produksi gas juga bakal naik hingga 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD). 

Namun, pelaku usaha di industri migas mengingatkan pemerintah agar jangan hanya mematok angka yang ambisius. Target tersebut akan sulit tercapai tanpa infrastruktur yang memadai. Pembangunannya harus merata untuk menciptakan pasar domestik. 

Advertisement

Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) Jugi Prajogio mengatakan pemerintah sedang mengerjakan infrastruktur itu, meliputi pipa transmisi dan pipa distribusi. Termasuk di dalamnya prasarana gas alam cair (LNG) dan gas alam terkompresi (CNG), fasilitas regasifikasi serta moda pengiriman dan transportasi lainnya.

Pemerintah telah menetapkan tiga proyek pipa gas dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Ketiganya adalah Cirebon-Semarang alias Cisem, Sei Mangkei-Dumai, dan West Natuna Transportation System (WNTS)-Pulau Pemping. Hingga kini seluruh pembangunan pipa tersebut tak kunjung terealisasi.

Pembahasan kelanjutan tiga proyek itu sedang berlangsung. “Terutama untuk Cisem dan Sei Mangke-Dumai,” kata Jugi kepada Katadata.co.id, Senin (30/11). 

BPH Migas juga bakal mengumumkan kelanjutan pembangunan jaringan pipa transmisi gas bumi Cirebon-Semarang pada minggu depan. PT Rekayasa Industri alias Rekind telah memutuskan untuk tidak melanjutkan proyek ini pada bulan lalu setelah memenangkan lelangnya 14 tahun lalu. 

Agar kasus Rekind tak terulang kembali, BPH Migas akan memperbaiki sistem lelang. Pemenang akan diberikan batas waktu untuk mulai mengerjakan proyek, misalnya, maksimal dua tahun.

Ada tiga opsi saat ini untuk melanjutkan pipa gas Cirebon-Semarang. Pertama, menawarkan proyek ke pemenang lelang kedua dan ketiga pada tender 2006. Namun, hal tersebut sulit terealisasi karena para pemenang pasti akan berhitung keekonomiannya kembali.

Opsi berikutnya, BPH Migas melanjutkan proyek dengan skema penugasan kepada badan usaha pemerintah. Terakhir, BPH Migas kembali melakukan lelang ulang atas proyek Cisem.

Pada Mei lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan akan tetap menggenjot lebih banyak pembangunan infrastruktur gas di Indonesia meski sektor migas terpuruk karena pandemi corona. 

Langkah ini sebagai antisipasi kebutuhan gas dalam negeri yang akan meningkat beberapa tahun ke depan. "Apakah pembangunan infrastruktur masih visible? Sangat visible kalau lihat sisi permintaan,” kata Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian ESDM Soerjaningsih ketika itu. 

Sebagai informasi, produksi siap jual atau lifting minyak dan gas (migas) semester I-2020 tak memenuhi target karena permintaan yang melemah. Angkanya sebesar 1.714 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD).

Jumlah tersebut terdiri atas lifting minyak 713,3 ribu barel minyak per hari (BOPD) atau 94,5% target anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Lifting gas juga hanya 5.605 juta standar kaki kubik per hari. Hasil itu setara dengan 84% target.

SKK Migas memprediksi lifting minyak masih dapat memenuhi angka APBN. Sebaliknya, untuk produksi gas diprediksi tak mencapai target karena turunnya kegiatan industri dan kelistrikan sehingga penyerapannya ikut menyusut.

Pipa Gas
Ilustrasi pipa gas.  (Arief Kamaludin|KATADATA)

Pertamina Proyeksi Kebutuhan Gas Akan Naik

Vice President Strategic and Investment Pertamina Daniel Syahputra Purba menyampaikan gas merupakan bagian perjalanan transisi energi dalam portofolio perusahaan. Kebutuhan gas ke depan perkiraannya akan terus meningkat. 

Konsumsi atau porsi gas bumi dalam bahan bakar fosil saat ini masih 15%. Angka ini, menurut Daniel, akan naik hingga 33% di 2035. 

Pertamina telah mengklasifikasikan tiga skenario pasar untuk gas, yaitu untuk transportasi, rumah tangga, dan industri. Untuk transportasi, konsumsinya akan stabil hingga tahun itu sebesar 25 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) karena arah industri otomotif menuju elektrifikasi. 

Lalu, kebutuhan rumah tangga targetnya akan mencapai 30 juta sambungan pada 2035. Jaringan gas ini akan menjadi alternatif elektrifikasi rumah tangga nasional. Pertamina memproyeksi penyalurannya sekitar 700 juta standar kaki kubik per hari. 

Kementerian ESDM mencatat realisasi pembangunan jaringan gas alias jargas mencapai 537.936 sambungan rumah (SR) hingga 2019. Jumlah yang dibangun meningkat 74.496 SR dibandingkan pada 2018 sebesar 463.440 sambungan.

Rinciannya, 74,41% dibiayai melalui APBN. Sebanyak 24,72% dibangun oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk alias PGN. Sisanya, Pertamina yang mengerjakan.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement