Upaya Setengah Hati Menyerap Kelebihan Pasokan LNG

Image title
4 Desember 2020, 19:50
bbg, bbm, migas, kementerian esdm, lng
123rf.com/Artit Fongfung
Ilustrasi. Pemerintah berupa meningkatkan serapan LNG domestik dengan menggerakkan kembali program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke gas (BBG) untuk sektor transportasi.

Pandemi Covid-19 telah membuat anjlok perekonomian dunia. Aktivitas ekonomi melemah, begitu pula dengan konsumsi bahan bakar. 

Dampaknya, pasokan gas alam cair atau LNG domestik menjadi berlebih. Bahan bakar ini mayoritas untuk kebutuhan ekspor sejumlah negara. Hanya sekitar 17% saja untuk memenuhi pasar domestik. 

Advertisement

Tiongkok merupakan negara tujuan utama dari ekspor itu. Volumenya pada 2018 mencapai 268,6 juta British Thermal Unit (MMBTU).

Perekonomian Negeri Panda memang berangsur-angsur pulih. Namun, hal ini tak serta-merta dapat menyelesaikan masalah kelebihan pasokan LNG dalam negeri. 

Produksinya akan bertambah banyak pada 2021 hingga 2024 karena banyak proyek LNG mulai berjalan. Lalu, pembeli setia gas ini dari Jepang alias Western Buyer Extention atau WBX memutuskan mengakhiri kontrak pembelian pada akhir Desember 2020.

Direktur LNG IHS Markit Chong Zhi Xin mengatakan dunia pun bakal banjir LNG dengan banyaknya proyek yang berjalan. Indonesia butuh kontrak jangka panjang untuk mendukung pasokannya. “Negara ini akan bersaing dengan Rusia, Mozambik, dan lainnya,” ucapnya dalam acara International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas, Kamis (03/12).

Kondisi tersebut mendorong pemerintah untuk mempercepat penyerapannya di dalam negeri. Salah satunya melalui program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) di sektor transportasi. 

Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Tata Kelola Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nanang Untung mengakui produksi LNG nasional saat ini tak seimbang dengan penyerapannya. Hal ini membuat produksinya berlebih, bahkan sebelum target 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030 terealisasi. 

Untuk menjual LNG di pasar spot, pemerintah menemui kendala. Harganya lebih rendah ketimbang menjual untuk domestik. Di dalam negeri, kisaran harga gas adalah US$ 6 per juta British Thermal Unit (MMBTU). “Jadi, banyak tantangan untuk pasarkan gas ini,” kata Nanang.

Pemerintah bersama SKK Migas sedang menggenjot kemampuan dalam negeri menyerap potensi gas. Tak terkecuali pembangunan infrastrukturnya, seperti pipa gas dan terminal LNG, hingga revitalisasi program konversi ke BBG.

Jumlah Angkot Pengguna Bbg Di Bogor
Sebuah Angkot yang memakai bahan bakar gas atau BBG di Bogor, Jawa Barat.  (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Sebenarnya program konversi tersebut sudah berjalan lama. Bahkan Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 125 Tahun 2015 tentang penyediaan, pendistribusian dan penetapan harga BBG untuk transportasi jalan.

Namun, pelaksanaannya tertatih-tatif. Sempat ada kendala mahalnya converter kit untuk mengubah bahan bakar kendaraan dari bensin ke gas. Masalah lainnya, soal jumlah stasiun pengisian BBG yang masih minim. 

Berdasarkan data Kementerian ESDM, pemanfaatan gas untuk bahan bakar di sektor transportasi selalu di bawah target. Pada 2013, volume gas yang terserap untuk transportasi sebesar 3,21 miliar British Thermal Unit per hari atau hanya 71,3% dari volume terkontrak. Penyerapan gas untuk transportasi di tahun berikutnya lebih jauh lagi di bawah target, seperti terlihat pada grafik Databoks berikut ini. 

Program itu seolah hanya menjadi diversifikasi bahan bakar saja. Kondisinya berbeda ketika pemerintah melakukan diversifikasi dari minyak tanah ke elpiji. Regulasinya lebih mengikat sehingga masyarakat pun mau-tak mau mengikutinya. 

Nanang menyebut pemerintah saat ini tengah berupaya supaya program ini dapat berjalan kembali dengan baik. Target pasarnya cukup besar dan memberi dampak pula pada pengurangan impor BBM dan emisi karbon.

Hitungannya, potensi pasarnya mencapai 11,3 juta bus dan truk, 17 juta mobil, serta 31,3 juta kapal. Pada tahun depan misalnya, seluruh armada Pertamina dan angkutan umum di Jabodetabek dapat dikonversi ke BBG. 

Target berikutnya kemudian meluas ke armada angkutan seluruh badan usaha milik negara (BUMN), pelabuhan, pertambangan, dan angkutan dalam pabrik hingga mencakup wilayah tertentu di 2025 hingga 2030. "Kami berharap konsumsinya bisa mencapai 250 juta standar kaki kubik per hari untuk angkatan darat dan 399 juta standar kaki kubik per hari untuk angkatan laut," kata dia.  

Converter Kit dan Infrastruktur Harus Memadai

Direktur eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan program konversi dari BBM ke BBG sudah berjalan beberapa tahun tapi praktiknya jalan di tempat. 

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement