BUMN dan Asing Diharapkan Sepakat Bentuk Holding Baterai Awal 2021

Image title
7 Desember 2020, 18:10
baterai, kendaraan listrik, mobil listri, ev, mind id, inalum, antam, catl, lg chem, nikel
123RF.com/Supparsorn Wantarnagon
Ilustrasi. Direktur Utama Indonesia Asahan Aluminum atau MIND ID Orias Petrus Moedak berharap kesepakatan pembentukan holding baterai dapat terlaksana tahun depan.

Kesepakatan pembentukan holding badan usaha milik negara atau BUMN untuk menjalankan bisnis baterai hingga kini belum terealisasi. Padahal dua perusahaan asing telah berminat bergabung dalam bisnis tersebut.

Perusahaan asing itu adalah Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) asal Tiongkok dan LG Chem Ltd asal Korea. Keduanya termasuk produsen baterai kendaraan listrik (EV) terbesar di dunia.

Advertisement

Direktur Utama Indonesia Asahan Aluminum atau MIND ID Orias Petrus Moedak menjelaskan hingga saat ini belum ada satupun kesepakatan yang terjalin. Masing-masing anggota konsorsium masih melakukan negosiasi dengan para mitra.

“Kami berharap awal tahun depan bisa ada kesepakatan antara calon mitra, baik dari sisi tambang, battery pack hingga ke proses daur ulangnya," kata Orias dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR, Senin (7/12).

Aset tambang nikel anak usaha MIND ID, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, menjadi salah satu topik pembahasan. Direktur Utama Antam Dana Amin mengatakan asetnya cukup kuat membawa Indonesia masuk ke industri kendaraan listrik dunia.

“Memang partnernya (perusahaan baterai) nomor satu dan dua dunia. Proses negosiasinya masih berlangsung dan butuh dukungan semua pihak,” ujarnya. 

Untuk merealisasikan holding baterai ini, Komisaris Utama MIND ID Agus Tjahjana Wirakusuma telah ditunjuk sebagai ketua pembentukan PT Indonesia Battery. Selain MIND ID, konsorsium ini juga berisi Pertamina dan PLN.

Sebagai informasi, Indonesia merupakan produsen dan pemilik cadangan nikel terbesar dunia. Meski demikian, hal ini tak membuat bisnis baterai dapat melenggang mulus. Ada satu bahan bakunya tidak ada di sini, yaitu lithium.

Orias sebelumnya menyebut impor lithium menjadi salah satu opsi untuk operasional pabrik baterai BUMN. Opsi lainnya adalah berinvestasi tambang komoditas itu di negara lain. “Jadi, ada berbagai kombinasi bahan baku baterai itu. Ada nikel, kobalt, lithium. Kandungan nikelnya akan mayoritas, 80%," kata Orias.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat total produksi nikel di dunia pada tahun lalu berada di angka 2,6 juta ton. Sementara secara global, Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia dengan menghasilkan 800 ribu ton.

Puncak produksi olahan nikel terjadi pada tahun lalu. Kementerian ESDM mencatat produk olahannya mencapai hampir 2 ton. Angka ini melebihi target 860 ribu ton karena ada tambahan produksi dari pabrik pemurnian atau smelter PT Virtue Dragon di Konawe, Sulawesi Tenggara, yang menghasilkan 745 ribu ton.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement