Kilang Minyak Pertamina Dipermak, BBM Tak Bisa Lagi Jadi Andalan

Image title
11 Desember 2020, 13:11
kilang, pertamina, bbm, ngrr, rdmp, tuban, cilacap, balongan, balikpapan, dumai
123rf
Pertamina sedang mengerjakan lima proyek kilang untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak atau BBM dalam negeri.
  • Kebutuhan BBM terus naik, tapi produksi dalam negeri tak cukup.
  • Pertamina mengembangkan lima kilang BBM untuk mengurangi ketergantungan impor.
  • Kilang perlu terintegrasi dengan industri lain agar nilai proyek lebih ekonomis.

Urusan memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak alias BBM domestik bukan perkara mudah. Masalah utamanya, konsumsi terus naik tapi produksi dalam negeri tak mampu mencukupi. Ujung-ujungnya adalah impor yang membebani kas negara.

Sejak Joko Widodo terpilih sebagai presiden di 2014, pemerintah telah mendorong Pertamina untuk memperbarui dan mengembangkan kilangnya. Sudah hampir seperempat abad negara ini tidak memiliki kilang baru. 

Advertisement

Awalnya, pengembangan itu ditujukan untuk Kilang Bontang dan Balikpapan saja. Lalu, di 2017 empat proyek lainnya masuk dalam Proyek Strategi Nasional, yaitu Cilacap, Balongan, Dumai, dan Tuban.

Rencana tersebut sejalan dengan upaya mencapai ketahanan energi nasional. Harapannya, produksi BBM dapat meningkat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. 

Perusahaan pelat merah bidang energi itu sedang mengerjakan lima proyek kilang. Satu proyek new grass root refinery (NGRR) di Tuban, Jawa Timur. Empat proyek refinery development master plan (RDMP) di Cilacap, Balongan, Balikpapan, dan Dumai. 

Awalnya, Kilang Bontang masuk dalam rencana pengembangan itu. Tapi pada akhir Juni lalu Pertamina menghentikan proyek ini karena tak mendapatkan mitra dan tak sesuai kebutuhan perusahaan. Grafik Databoks di bawah ini menunjukkan kapasitas kilang-kilang yang akan Pertamina kembangkan. 

Corporate Secretary Sub Holding Refining & Petrochemical (PT Kilang Pertamina International) Ifki Sukarya menyebutkan RDMP merupakan proyek pengembangan kilang yang sudah ada. Sementara, NGRR adalah pembangunan kilang dan petrokimia baru. 

RDMP Kilang Balikpapan progresnya saat ini baru 23%. Lalu, untuk pengembangan di Kilang Cilacap, perusahaan telah melakukan perluasan lahan 35%. Progres pekerjaan fisiknya untuk awal tahap satu sebesar 61% dan tahap dua sebesar 44%. 

Untuk NGRR Tuban berada pada tahap penyusunan dokumen perancangan dasar. “Sudah mencapai 78% dan diharapkan selesai awal Februari 2021,” katanya kepada Katadata.co.id semalam, Kamis (10/12). 

Proyek ini sudah mendapatkan partner, yaitu Rosneft asal Rusia. “Badan hukumnya sudah terbentuk, JV Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia,” ucap Ifki. 

Melansir situs Komite Percepataan Penyediaan Infrastruktur Prioritas, kapasitas produksi Kilang Tuban bakal mencapai 300 ribu barel per hari. Perencanaan pembangunannya menggunakan konfigurasi petrokimia, terintegrasi dengan PT Trans Pacific Petrochemical Indotama.

Kemudian proyek Kilang Balongan sudah masuk fase 1 dan tahap perancangaan, pengadaan, dan konstruksi (EPC). “Akan selesai di 2022,” ujarnya. Pengembangan petrokimianya telah selesai studi kelayakan dan sedang proses pengadaan lahan. Untuk RDMP Dumai masih tahap studi kelayakan. 

Ifki mengatakan apabila proyek-proyek ini selesai dibangun, maka kilang Pertamina akan menjadi lebih kompetitif, bahkan terbaik dalam skala regional. “Kapasitas pengolahan dan produksi BBM naik. Produk petrokimia yang dihasilkan akan naik seiring kebutuhan bahan baku material di masa depan,” ujarnya. 

Soal intergrasi dengan industri lain ini juga sempat disinggung oleh Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. “Butuh kilang yang terintegrasi agar efisien,” katanya pada pekan lalu.

Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Tbk Hilmi Panigoro pada Selasa lalu juga mengatakan bisnis kilang kalau hanya mengandalkan produk BBM tidak akan menguntungkan. Tren sektor otomotif ke depan adalah kendaraan listrik sehingga kemungkinan konsumsinya akan turun.

Kondisinya berbeda apabila kilang minyak terintegrasi dengan bisnis petrokimia. Produk turunan minyak ini masih memiliki prospek cerah di masa depan. “Kalau kilangnya hanya untuk bahan bakar minyak (BBM), saat ini kondisinya sudah kelebihan pasokan di dunia. Itu hanya pendapat kami sebagai perusahaan," kata Hilmi.

Kilang Balongan
Kilang Balongan (Katadata)

Proyek Kilang Dinilai Tidak Untung Tapi Perlu

Kebutuhan BBM untuk sektor transportasi diperkirakan tidak akan hilang dalam 25 tahun ke depan. Namun, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa memperkirakan konsumsinya akan melandai setelah 2025 apabila penetrasi kendaraan listrik alias EV di pasar domestik terimplementasi dengan baik. 

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement