ESDM: Pupuk Indonesia Akan Bangun Pabrik di Teluk Bintuni

Sorta Tobing
28 Desember 2020, 15:22
Teluk Bintuni, LNG Tangguh, Kementerian ESDM, Arifin Tasrif, Airlangga Hartarto, pupuk, petrokimia
Katadata
Ilustrasi. Kawasan Industri Teluk Bintuni, Papua Barat, akan memiliki pabrik pupuk.

Kawasan Industri Teluk Bintuni, Papua Barat, akan memiliki pabrik pupuk. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, PT Pupuk Indonesia (Persero) telah mendapat penugasan untuk melaksanakan proyek tersebut.

Rencana pembangunannya sedang masuk tahap persiapan. Pemerintah berharap langkah ini dapat mendorong pemanfaatan gas alam yang melimpah di Teluk Bintuni.

Advertisement

Selain pabrik pupuk, pemerintah juga akan membangun pabrik petrokimia. Pupuk Indonesia juga yang akan melaksanakannya. “Kami akan memanfaatkan gasnya melalui BUMN (badan usaha milik negara),” ujar Arifin dalam acara Bintuni Energy Forum 2020, Senin (28/12). 

Teluk Bintuni telah masuk dalam proyek strategis nasional (PSN) sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020. Salah satu proyek yang sedang pemerintah kebut di kawasan industri tersebut adalah pembangunan kilang gas alam cair (LNG) Tangguh Train 3.

Arifin menyebut pembangunannya sempat molor karena pandemi Covid-19. Dari target tahun ini, operasional kilang baru akan berjalan pada kuartal ketiga 2021. Nilai investasinya mencapai US$ 9 miliar (sekitar Rp 127,6 triliun dengan kurs Rp 14.182 per dolar AS).

Pemerintah sedang beralih memanfaatkan energi nasional tak sebatas komoditas belaka tapi menjadi modal pembangunan. Penggunaannya sebagai komoditas ekspor mulai pemerintah kurangi. Pemanfaatan untuk domestik akan naik, termasuk melalui hilirisasi.

Ia menyebut cadangan minyak dan gas alam (migas) di wilayah Indonesia Timur masih banyak. Namun, baru 30% yang tereksplorasi dari 10 sumur. “Pemanfaatannya belum maksimal karena tantangan geografis, komplesitas geologi, dan minimnya infrastruktur,” ujarnya. 

Teluk Bintuni Masih Sulit Listrik

Sejak pengapalan komersial pada kuartal kedua 2009, LNG Tangguh memang lebih banyak untuk ekspor. Keberadaannya belum mampu menekan angka kemiskinan dan pengangguran di Papua Barat. 

Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotani mengatakan provinsinya masih kekurangan listrik. “Padahal, sudah berton-ton gasnya menyalakan listrik di negara lain,” ucapnya.

Ia berharap sumber daya alam Teluk Bintuni tak seperti air mancur. Airnya memancar ke daerah sekitar, tapi tidak ke sumbernya. “Hal-hal seperti ini perlu menjadi sorotan pemerintah pusat,” kata Lakotani. 

Hasil LNG domestik sebagian besar untuk kebutuhan ekspor. Hanya sekitar 17% untuk dalam negeri. Tiongkok menjadi negara tujuan utama dari ekspor tersebut pada 2018, dengan volume sebesar 268,6 juta British Thermal Unit (MMBTU).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement