Badan Geologi: Potensi Logam Tanah Jarang Ditemukan di Lumpur Lapindo
Potensi pengembangan rare earth element (REE) alias logam tanah jarang (LTJ) di Indonesia masih cukup besar. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan adanya potensi kandungan LTJ di dalam lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengatakan logam tanah jarang menjadi salah satu fokus pemerintah saat ini. Jenis mineral ini menjadi salah satu bahan baku utama dalam pengembangan kendaraan listrik domestik.
Selain di lumpur Lapindo, Badan Geologi juga menemukan komoditas tambang tersebut di wilayah Kalimantan. “Walaupun banyak batu bara, ternyata di sana ada potensi juga,” katanya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (20/1).
Badan Geologi akan terus melakukan survei terhadap mineral tersebut. Berdasarkan data Pusat Sumber Daya Mineral Batu Bara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi, sebanyak 28 lokasi memiliki potensi kandungan logam tanah jarang. Rinciannya, 16 lokasi tersebar di wilayah Sumatera, tujuh lokasi di kalimantan, tiga lokasi di Sulawesi, dan dua lokasi di Jawa.
Potensi Logam Tanah Jarang RI
Sebagai informasi, pemanfaatan logam tanah jarang mulai santer terdengar ketika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto melakukan pertemuan pada tahun lalu. Keduanya membicarakan mengenai potensi mineral itu.
Kondisi geografis Indonesia yang terletak di jalur cincin api membuat potensi keberadaan mineral itu sangat besar. Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dan PT Timah Tbk juga sedang memulai pengembangannya.
Kepala Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir (PTBGN) Batan Yarianto Sugeng Budi Susilo sebelumnya mengatakan pemerintah telah membuat kelompok kerja dalam mengembangkan rare earth. Termasuk dalam lingkup pekerjaannya adalah menginventarisasi dan eksplorasi sumber daya serta cadangan logam tanah jarang. Dalam pokja tersebut, PSDMBPB Kementerian ESDM bertindak sebagai koordinator.
Logam tanah jarang biasanya ditemukan dalam mineral fosfat monasit dan xenotime. Berdasarkan data dari PSDMBPB sumber daya bijih monasit berkisar di angka 7 miliar. Untuk logam tanah jarangnya mencapai 191,2 ribu ton. Persebaran monasit terbanyak berada di sekitar sumber timah, dari Kepulauan Riau hingga Bangka Belitung.
Data sumber daya dan cadangan izin usaha pertambangan (IUP) dan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) milik Timah, paling tidak ada sekitar 22 ribu ton monasit yang tersimpan dengan baik. Kandungan logam tanah jarang dari monasit itu mencapai 60%.
Kegiatan eksplorasi rare earth, selain di daerah sumber timah alias tin belt, juga di Provinsi Riau, Tapanuli Utara (Sumatera Utara), Ketapang dan Bengkayang (Kalimantan Barat), Banggai (Sulawesi Tengah), dan Mamuju (Sulawesi Barat).
Namun, secara keseluruhan belum dapat ditentukan sumber daya dan cadangan logam tanah jarang di Indonesia. "Kegiatan eksplorasi masih perlu dilaksanakan secara intensif dan sistematis untuk mendapatkan data sumber daya dan cadangan," kata Yarianto kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu.