Stok Batu Bara PLTU Tergerus, Jawa dan Bali Terancam Pemadaman Listrik

Sorta Tobing
27 Januari 2021, 15:37
listrik, pembangkit listrik tenaga uap, pltu, kementerian esdm, batu bara, pemadaman listrik
Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. Pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU mengalami kekurangan stok batu bara karena banjir besar di Kalimantan Selatan.

Pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU, khususnya di wilayah Jawa Madura, dan Bali atau Jamali, saat ini mengalami kekurangan stok batu bara. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menyebut pemerintah dan PLN berupaya agar tidak terjadi pemadaman listrik.

Cuaca ekstrem, berupa hujan deras, yang terjadi di Kalimantan Selatan telah mengganggu pasokan batu bara. “Ada kejadian di luar kebiasaan atau di atas normal,” ucapnya dalam konferensi pers, Rabu (27/1). “Bukan menyalahkan cuaca, tapi memang hal ini mempengaruhi rantai pasokan.”

Advertisement

Banjir tidak hanya menggenangi area tambang, infrastruktur jalannya pun terganggu. Gangguan lainnya adalah pasokan bahan bakar minyak atau BBM untuk truk pengangkut. Cuaca ekstrem juga membuat angin kencang sehingga kapal tongkang pengangkut batu bara tidak dapat berlayar.

Waktu berlayar dari Kalsel ke Jawa pun menjadi lebih lama. Dari rata-rata hanya empat hari saja, sejak hujan deras mulai terjadi bulan ini menjadi lebih dari seminggu.

Hujan deras juga membuat batu bara menjadi basah dan lengket. “Artinya, saat dibongkar membutuhkan banyak waktu,” kata Rida. Ketika sampai di pembangkit, barang tambang ini tak bisa langsung dibakar karena nilai kalorinya akan turun. Dampaknya kapasitas pembangkit menurun karena stok batu bara yang tergerus. 

Pasokan listrik pun terganggu karena sebagian pembangkit di Jamali, sebagai kawasan dengan konsumsi listrik terbesar, memakai batu bara. Beban puncak rata-ratanya di 25 gigawatt. Dari jumlah itu kontribusi batu bara mencapai 65%. Pembangkitnya tidak hanya milik PLN dan anak usahanya, sebagian juga milik produsen swasta atau IPP. 

Stok batu bara untuk setiap pembangkit milik PLN biasanya sekitar 15 hari. Untuk swasta dapat lebih dari itu, sekitar 25 sampai 30 hari. Akibat banjir di Kalsel, ada beberapa pembangkit yang kondisinya siaga, darurat, dan kritis.

Cadangan batu baranya yang di bawah 10 hari ada sekitar 12 gigawatt. Hal ini membuat cadangan listrik yang tersimpan atau reserve margin di Jamali saat ini sekitar 10%. “Buat kami ini di bawah normal, tidak kelebihan pasokan,” ujar Rida. Padahal, selama pandemi Covid-19, kawasan ini mengalami over supply dengan reserve margin di atas 30%. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement