Agar Banjir Tak Lagi Bikin Tipis Pasokan Batu Bara Pembangkit Listrik

Image title
28 Januari 2021, 15:04
pltu, batu bara, pembangkit listrik, kementerian esdm, pemadaman listrik, banjir kalsel
carloscastilla/123rf
Ilustrasi. Stok batu bara di PLTU saat ini menipis terdampak banjir di Kalimantan Selatan.
  • Pemerintah akan membangun coal processing plant untuk mengamankan pasokan batu bara pembangkit listrik.
  • Rencana PLN membuat fasilitas CPP tersebut sejak 2018 berkutat di tahap kajian. 
  • Produksi batu bara nasional cukup untuk kebutuhan domestik, tapi tata niaganya harus diperbaiki. 

Pemadaman listrik membayangi Tanah Air. Pasokan batu bara di pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU menipis. Banjir besar di Kalimantan Selatan pada bulan ini membuat rantai pasok komoditas tambang itu terhambat. 

Mayoritas listrik saat ini berasal dari PLTU. Yang terbesar berada di Jawa, Madura, dan Bali alias Jamali. Kawasan inilah yang mengalami ancaman pemadaman listrik paling besar.

Advertisement

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menyebut beban puncak rata-rata di Jamali sebesar 25 gigawatt. Dari jumlah itu, kontribusi batu bara mencapai 65%. 

Cuaca ekstrem dan banjir di Kalsel tidak diantisipasi oleh PLN dan pembangkit listrik swasta dalam mengamankan pasokan. Akses jalan dari tambang menuju pelabuhan tertutup banjir. Pasokan bahan bakar minyak atau BBM untuk truk pengangkut juga tersendat. 

Lalu, angin kencang membuat tongkang pengangkut batu bara tidak dapat berlayar. Pengiriman batu bara dari Kalimantan ke Jawa yang biasanya hanya empat hari menjadi lebih dari seminggu.

Dampaknya, stok batu bara menipis. Beberapa pembangkit kondisinya sekarang siaga, darurat, dan kritis. Dalam kondisi normal, cadangan bahan bakar itu seharusnya di atas 15 hari. Saat ini pembangkit dengan cadangan batu bara di bawah 10 hari ada sekitar 12 gigawatt. 

Cadangan listrik tersimpan atau reserve margin di Jamali pun turun menjadi sekitar 10%. “Buat kami ini di bawah normal, tidak kelebihan pasokan,” ujar Rida dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (27/1). 

Padahal, selama pandemi Covid-19, kawasan ini mengalami over supply dengan reserve margin di atas 30%.  Ia memastikan tidak ada pemadaman listrik bulan ini, bahkan Februari hingga Maret. “Sudah ada komitmen dari para produsen batu bara,” ucapnya.

Pemerintah memiliki berbagai opsi apabila pasokan batu bara terus turun. Salah satunya dengan memaksimumkan penggunaan gas di pembangkit. "Kalau pun gasnya mentok, dengan sangat terpaksa kami bakar BBM," ujarnya.

Solusi jangka panjang, Rida mengatakan, pemerintah akan membangun coal processing plant atau CPP. Fasilitas ini untuk mengolah batu bara sebelum diangkut ke pembangkit. Pengoperasiannya diharapkan dapat menjaga stok. 

CPP itu nantinya akan dilengkapi teknologi pencampuran atau blending batu bara untuk menyatukan jenis kalori yang berbeda-beda. Dengan begitu, hasil produksinya dapat digunakan untuk PLTU. “Jadi, ke depan mekanismenya tidak end-to-end (antara pengguna dan pemasok) lagi,” ucap Rida. 

REALISASI PRODUKSI BATU BARA NASIONAL
Ilustrasi tongkang pengangkut batu bara. (ANTARA FOTO/Makna Zaezar/wsj.)

Domestik Tak Kekurangan Batu Bara

Ketua Umum Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan batu bara domestik sebenarnya tidak kekurangan. Dari kuota produksi 550 juta ton tahun ini, alokasi dalam negeri alias DMO sekitar 137 juta ton atau 25%.  

Pertumbuhannya dalam satu dekade ke depan mencapai 50%. Dengan asumsi, kebutuhan PLN di 2028 mencapai 158 juta ton, hilirisasi 50 juta ton, dan industri 60 juta ton. “Ini berarti, secara absolut, seharusnya tidak mengalami kekurangan batu bara,” ujar Singgih kepada Katadata.co.id.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement