Exxon dan BP Terpukul Pandemi, Alami Kerugian hingga Miliaran Dolar AS

Sorta Tobing
3 Februari 2021, 11:56
exxon mobil, exxonmobil, bp, pandemi, rugi, untung, energi
Arief Kamaludin|KATADATA
Exxon Mobil mencatat kerugian sebesar US$ 22,4 miliar atau sekitar Rp 313,8 triliun pada 2020.

Pandemi Covid-19 memukul kinerja perusahaan energi raksasa dunia. Exxon Mobil Corp, asal Amerika Serikat, kemarin melaporkan kerugian tahunan yang pertama sejak beberapa dekade terakhir. 

Kerugiannya mencapai US$ 22,4 miliar atau sekitar Rp 313,8 triliun pada 2020. Pemicu utamanya adalah produksi minyak yang turun karena konsumsi bahan bakar melemah di tengah pandemi corona. Tahun sebelumnya, Exxon masih mencatat laba sebesar US$ 14,34 miliar atau sekitar Rp 200,9 triliun. 

Chief Executive Exxon Mobil Darren Woods enggan berkomentar apakah perusahaan pernah mengalami kerugian sebelumnya atau tidak. Namun dalam sejarahnya, Exxon terus menghasilkan keuntungan sejak bergabung dengan Mobil pada 1999 dan melalui kehancuran harga minyak di 1980an. 

Pelemahan konsumsi minyak pada tahun lalu telah membuat Exxon memangkas pengeluaran untuk proyek baru hampir sepertiganya. Persahaan berencana memangkas hingga 15% tenaga kerjanya sambil menambah utang sebesar US$ 21 miliar atau Rp 294 triliun untuk menutup biaya operasional dan restrukturisasi. 

Target pemangkasan biayanya mencapai US$ 6 miliar per tahun dibandingkan 2019. “Kondisi pasar saat ini paling menantang yang pernah dialami Exxon,” kata Woods, dikutip Reuters, semalam, Selasa (2/2). 

Perusahaan saat ini sedang mendapat sorotan karena belum memiliki strategi kuat untuk beralih ke energi bersih. Senin kemarin, perusahaan akhirnya mengatakan akan menginvestasikan US$ 3 miliar untuk solusi rendah emisi karbon hingga 2025. Exxon akan fokus pada komersialisasi teknologi penangkapan karbon.

Kompetitornya, yaitu BP, juga mencatat kerugian tapi berkomitmen untuk melakukan transisi ke energi baru terbarukan. Angka kerugiannya mencapai US$ 5,7 miliar atau sekitar Rp 80 triliun tahun lalu. Kondisi rugi ini merupakan yang pertama kalinya dalam satu dekade terakhir.

Perusahaan energi asal Inggris itu memperingatkan kondisi sulit masih akan terjadi pada awal 2021. Pembatasan gerak atau lockdown yang meluas secara global akan membuat konsumsi minyak tetap lemah. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...