Momentum Baru Sektor Hulu Migas dari Kenaikan Harga Minyak

Image title
16 Februari 2021, 20:08
harga minyak, skk migas, migas,
123RF.com/skypicsstudio
Ilustrasi. Harga minyak tembus US$ 60 per barel dan diperkirakan dapat menggairahkan sektor hulu migas nasional.
  • Regulator dan pelaku usaha sektor hulu migas masih menanti kenaikan harga minyak yang lebih stabil.
  • Kondisinya baru sekadar mengembalikan para pelaku usaha ke kondisi operasional normal.
  • Untuk menggairahkan investasi, perlu penemuan lapangan-lapangan migas baru skala besar.

Harga minyak mentah dunia kembali bangkit setelah terdampak pandemi corona. Angkanya pada awal pekan ini menembus level tertinggi di atas US$ 60 per barel.

Salah satu pemicu perbaikan harganya karena kehadiran vaksin Covid-19. Prospek ekonomi menjadi lebih cerah. Pelaku pasar melihat permintaan energi akan pulih. Di sisi lain, para produsen minyak global pun menjaga permintaan dan pasokan tetap stabil dengan menahan produksinya. 

Berdasarkan data Bloomberg siang tadi, Selasa (16/2), harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2021 naik 0,24% ke level US$ 63,45 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2021 bertambah 1,03% ke level US$ 60,08 per barel. Grafik Databoks berikut ini menunjukkan pergerakan harganya dalam setahun terakhir.

Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan pemerintah dan pelaku usaha migas masih menunggu kenaikan harga minyak yang stabil. “Kalau stabil di angka US$ 60 per barel pasti akan menambah gairah investasi hulu migas," katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (16/2).

Kenaikan harga minyak saat ini sangat dipengaruhi sentimen positif pasar. Pelaksana Tugas Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih mengatakan kondisi tersebut dapat mendorong realisasi proyek migas dan mendukung peningkatan produksi. 

“Kami sedang berkoordinasi dengan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk memitigasi proyek-proyek yang bisa direalisasikan dan mempercepat prosesnya," ujarnya.

Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association  (IPA) Marjolijn Wajong pun menyambut baik kenaikan harga minyak dunia ini. Namun, yang paling utama sekarang adalah kestabilan harga. "Masih harus dipantau untuk bisa mengetahui pengaruhnya kepada proyek proyek migas," ucap dia.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal pun berpendapat serupa. Proses meningkatkan atau mengembalikan sebagian tingkat operasi produksi membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Kontraktor migas akan selalu berhati-hati dengan hal itu agar tidak terlalu mengeluarkan banyak biaya. Kegiatan produksi yang menghasilkan pendapatan secara jangka pendek saat ini masih diutamakan. “Kami berharap harga minyak akan bertahan di atas US$ 60/barel," ucapnya. 

Rig Minyak
Ilustrasi blok migas.  (Katadata)

Momentum Industri Hulu Migas

Kenaikan harga minyak dunia dapat menjadi momentum untuk sektor hulu migas. Dengan angka di atas US$ 60 per barel, nilai keekonomian proyek-proyeknya menjadi lebih terjangkau.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menyebut beberapa lapangan migas dalam negeri biaya per barelnya cukup tinggi. Target pengeboran sumur pengembangan tahun ini sebanyak 616 pengeboran dan 43 pengeboran eksplorasi prediksinya dapat terealisasi.

Ia pun optimistis target investasi migas sebesar US$ 12,3 miliar (sekitar Rp 172,2 triliun) dapat tercapai. Target lifting migas 2021 pun bisa terlaksana. "Saya berharap, KKKS menjalankan komitmen mereka untuk melakukan kegiatan pengeboran dan eksplorasi karena harga sedang bagus," ujarnya.

Target produksi siap jual atau lifting migas tahun ini adalah 1,7 juta barel setara minyak per hari (BOEPD). Angka ini terdiri dari lifting minyak 705 ribu barel per hari (BOPD) dan lifting gas bumi sekitar 1 juta barel setara minyak per hari.  

Stimulus ekonomi yang dikeluarkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, menurut Mamit, akan membangkitkan perekonomian negara itu dan menstabilkan harga minyak. Pemulihan ekonomi global juga akan terjadi seiring dengan berjalannya program vaksinasi Covid-19 di berbagai negara. 

Ditambah lagi, organisasi negara pengekpor minyak dan sekutunya alias OPEC+ berkomitmen memangkas produksi. Ia memprediksi kenaikan harga saat ini sifatnya jangka panjang. "Memang akan fluktuatif, tapi saya kira akan tetap jauh lebih tinggi dari tahun 2020," ujar Mamit.

Momen ini harus pemerintah dan SKK Migas tangkap untuk memastikan komitmen KKKS mencapai target-targetnya. Pemerintah juga perlu mempercepat kebijakan, seperti penerbitan rencana pengembangan atau PoD untuk proyek migas. 

Harga minyak di atas US$ 60 per barel, menurut pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto, belum cukup membuat aktivitas hulu migas meningkat. Kondisinya baru sekadar mengembalikan para pelaku usaha ke kondisi operasional normal. 

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...