Peluang Kenaikan Produksi Freeport di Tengah Lonjakan Harga Tembaga

Image title
4 Maret 2021, 16:56
tembaga, komoditas, harga, minerba, pertambangan, freeport
123rf.com/tomas1111
Ilustrasi. Harga tembaga melesat seiring dengan pemulihan sektor manufaktur Tiongkok.
  • Harga tembaga berpotensi naik hingga US$ 10 ribu per ton pada tahun ini.
  • Booming proyek kendaraan listrik dan energi terbarukan juga memicu kenaikan harga logam tambang itu. 
  • Freeport berencana menaikkan produksi tembaganya. 

Harga tembaga melejit. Angkanya tembus US$ 9 ribu per ton dalam dua pekan ini. Kenaikannya merupakan yang tertinggi dalam sembilan tahun terakhir. 

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (3/4), komoditas tambang itu di London Metal Exchange terpantau di level US$ 9.101,5 per ton. 

Perusahaan investasi Goldman Sachs beberapa waktu lalu menyebut kenaikan logam tersebut dipicu permintaan dari Tiongkok. Namun, pasar sedang menghadapi defisit terbesar dalam satu dekade terakhir, dengan risiko kelangkaan yang tinggi dalam beberapa bulan mendatang. 

Tanda-tanda pengetatan telah muncul di bursa berjangka London Metal Exchange. Pola itu terkenal dengan istilah backwardation, yaitu ledakan permintaan di pasar spot yang melampaui pasokan karena persediaan yang menipis. 

Pengamat komoditas Ariston Tjendra mengatakan kenaikan harga tembaga terjadi karena outlook pemulihan ekonomi global. Hal ini seiring dengan menurunnya kasus harian Covid-19 dan kemajuan program vaksinasi. “Terjadi euforia di pasar. Investor beralih ke aset berisiko untuk mencari yield (imbal hasil) lebih tinggi,” kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis (4/3).

Kenaikannya juga diimbangi pemulihan ekonomi Tiongkok, negara dengan konsumsi tembaga terbesar di dunia. Demikian pula dengan Jepang yang industri manufakturnya mulai pulih.

Tembaga banyak dipakai pada sektor manufaktur. Saat industri manufaktur pulih, maka permintaan barang tambang itu pun naik. Karena itu, menurut Ariston, potensi kenaikan harganya masih terbuka lebar. "Tapi ada level resistant yang cukup kuat di kisaran US$ 9.640 per ton, yang bisa menahan penguatan harga," ujarnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menujukkan ekspor tembaga pada 2019 mencapai US$ 1,28 miliar. Kontribusinya terhadap total ekspor nasional yang sebesar US$ 167 miliar sekitar 0,76%. 

Freeport
Ilustrasi tambang tembaga. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Freeport Indonesia Berpotensi Genjot Produksi

Sebagai salah satu produsen tembaga dalam negeri, PT Freeport Indonesia membuka opsi untuk memproduksi lebih banyak. “Di luar persetujuan rencana kerja dan anggaran belanja (RKAB) 2021, kami punya potensi untuk berproduksi lebih banyak,” kata juru bicara Freeport Indonesia Riza Pratama. 

Namun, ia tak membeberkan lebih jauh target produksi perusahaan tahun ini. Semua angkanya telah mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 

Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Sugeng Mujiyanto mengatakan realisasi produksi tembaga di Indonesia tiap tahunnya terus mengalami peningkatan. 

Realisasi produksi katoda tembaga di 2019 mencapai 180 ribu ton dan tahun lalu sebesar 269 ribu ton. Untuk tahun ini targetnya juga akan lebih tinggi. "Sesuai RKAB 2021, sekitar 291 ribu ton (sementara)," kata dia.

Grafik Databoks di bawah ini menunjukkan realisasi produksi tembaga Indonesia kerap tak sesuai target. Produksi pada 2019 hanya memenuhi 61,9% dari target yang ditetapkan. 

Reuters pada pekan lalu menyebut salah satu pemegang saham Freeport Indonesia, yaitu Freeport-McMoran, akan berekspansi di beberapa tambang tembaganya. Hal ini seiring dengan momentum Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang akan menggenjot proyek pencegahan perubahan iklim. 

Dalam laporan terkini JPMorgan menyebutkan, permintaan tembaga untuk pengembangan mobil listrik dan energi terbarukan akan meningkat dari 925 ribu ton tahun ini menjadi 4,2 juta ton pada tahun 2030.

Logam merah tersebut banyak dipakai untuk proyek mobil listrik dan energi baru terbarukan (EBT). Di sisi lain, keberadaanya juga menjadi barometer kesehatan ekonomi karena penggunaannya di bidang manufaktur.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...