Mengenal Peran Museum Konferensi Asia Afrika bagi Dunia

Image title
10 Agustus 2021, 10:57
Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, Gedung Merdeka
ANTARA FOTO/Novrian Arbi/pras.
Suasana Kawasan Asia Afrika yang ditutup untuk umum di Bandung, Jawa Barat, Jumat (3/4/2020). Sejumlah ruas jalan protokol di Kota Bandung ditutup sementara dalam rangka pembatasan sosial dan pengurangan titik kumpul warga guna pencegahan penyebaran COVID-19.

Konferensi Asia-Afrika diadakan di Bandung pada tanggal 18 sampai 24 April 1955. Gerakan Non-Blok pertama ini menjadi kejadian yang sangat penting dalam sejarah politik luar negeri Indonesia. 

Peristiwa ini terjadi di Gedung Merdeka. Gedung tersebut kini digunakan sebagai Museum Konferensi Asia-Afrika yang terletak pada Jalan Asia Afrika Nomor 65, Bandung, Jawa Barat.

Advertisement

Sejarah Museum Konferensi Asia-Afrika

Sebelum menjadi Gedung Merdeka, bangunan ini dibangun untuk tempat berkumpul para elite Eropa, bernama Societeit Concordia. Gedung yang berdiri di persimpangan Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika tersebut berdiri pada 29 Juni 1879.

Tujuan didirikannya gedung ini adalah "de bevordering van gezellig verkeer". Artinya, meningkatkan hubungan kalangan Eropa di Bandung. Masyarakat dari kelompok eksklusif tersebut menggunakan gedung yang membentang di atas tanah seluas 7.983 meter persegi.

Tempat tersebut hanya berupa bangunan biasa, yang sebagian dindingnya terbuat dari papan dan penerangannya menggunakan lentera minyak tanah. Bangunan ini berada di sudut jalan "Groote Postweg" (Jalan Asia-Afrika) dan "Bragaweg" (Jalan Braga). Di sisi kanan bangunan terdapat Tjikapoendoeng (Cikapundung), area sungai yang menyegarkan yang ditumbuhi pepohonan rindang.

Societeit Concordia berfungsi sebagai gedung dansa, hiburan, dan tempat berkumpulnya sosialita kaya di Bandung dan sekitarnya. Pengunjungnya termasuk pemilik atau karyawan perkebunan, pejabat, dan pengusaha kaya. Selama akhir pekan, gedung itu dipenuhi orang-orang yang menikmati pertunjukan seni, tarian sosial, dan makan malam.

Kemudian pada 1926, bangunan dirancang ulang dalam gaya art-deco oleh Van Galen dan C.P. Wolff Schoemaker. Keduanya adalah arsitek ternama sekaligus profesor di Technische Hogeschool (sekarang Institut Teknologi Bandung). Bangunan seluas 7500 meter persegi tersebut berlantai marmer Italia dengan kamar-kamar yang menggunakan kayu cikenhout serta dihiasi dengan lampu kristal di langit-langit. 

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, bangunan ini berganti nama menjadi Dai Toa Kaman dan berfungsi sebagai pusat kebudayaan. Setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, bangunan tersebut digunakan sebagai markas pejuang kemerdekaan Indonesia melawan pasukan Jepang.

Setelah Kemerdekaan RI diakui oleh Belanda pada 1949, Gedung Concordia kembali digunakan sebagai ruang pertemuan umum, pertunjukan seni, pesta, tarian, dan jamuan makan malam.

Pada 1954, pemerintah Indonesia menunjuk Bandung sebagai tuan rumah Konferensi Asia-Afrika, Gedung Concordia dipilih sebagai tempat konferensi Internasional ini. Saat itu, bangunan ini merupakan aula terbesar dan termegah di Bandung. Lokasinya strategis dekat dengan Savoy Homann Hotel dan Preanger Hotel di pusat kota.

Pada awal 1955, gedung ini direnovasi untuk memenuhi persyaratan konferensi internasional oleh Ir. R. Srigati Santoso, dan berganti nama menjadi Gedung Merdeka. Bangunan sekarang digunakan sebagai Museum Konferensi Asia-Afrika.

Sekilas Tentang Konferensi Asia-Afrika

Sepuluh tahun setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan, pada 1955, masyarakat Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah konferensi internasional yang bernama Konferensi Asia-Afrika.

Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi Asia-Afrika membahas beragam diskusi tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin.

Konferensi tersebut melahirkan Dasasila Bandung yang menjadi pedoman bagi negara-negara jajahan dalam memperjuangkan kemerdekaannya. Hal tersebut juga menjadi prinsip dasar dalam mempromosikan perdamaian dunia dan kerjasama internasional. Selain itu, ia juga berfungsi sebagai pernyataan politik yang berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.

Berikut isi Dasasila Bandung:

Halaman:
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement