Cerita di Balik Keraton Kasepuhan Tempat Bersejarah di Cirebon

Siti Nur Aeni
13 Agustus 2021, 17:42
Pengunjung mengamati Kereta Singabarong yang dipajang di Museum Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, Rabu (30/10/2019). Wisata sejarah Keraton Kasepuhan tersebut menjadi salah satu tujuan wisata andalan di Kota Cirebon.
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Pengunjung mengamati Kereta Singabarong yang dipajang di Museum Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, Rabu (30/10).

Berbicara tentang sejarah kerajaan zaman dahulu, tentu saja tidak akan habis ceritanya. Dari satu kisah kemudian muncul kisah lainnya.

Seperti di Cirebon, Jawa Barat, yang memiliki keraton lebih dari satu. Keraton yang ada di daerah ini dikenal dengan nama Keraton Kasepuhan. Penasaran bagaimana cerita lengkapnya? Berikut penjelasannya.

Advertisement

Sejarah Keraton Kasepuhan, Cirebon

Sejarah lahirnya Keraton Kasepuhan di Cirebon tidak lepas dari peran Pangeran Cakrabuana yang berhasil mendirikan keraton ini pada awal perkembangan Islam di kota tersebut. Bahkan, Kerajaan Cirebon disebut-sebut sebagai kesultanan Islam pertama di Tanah Pasundan.

Keraton Kasepuhan ini terdapat dua kompleks bangunan utama. Pertama, Dalem Agung Pakungwati yang berdiri sejak 1430 oleh Pangeran Cakrabuana. Lalu, kompleks Keraton Pakungwati yang didirikan pada 1529 oleh Pangeran Mas Zainal Arifin. Keraton Pakungwati ini merupakan cikal bakal dari berdirinya Keraton Kasepuhan.

“Pakungwati” merupakan nama dari Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang diperistri oleh Sunan Gunung Jati. Kemudian, nama ratu ini diabadikan sebagai keraton baru oleh cicit dari Sunan Gunung Jati yang bernama Pangeran Mas Zainul Arifin atau sering juga dipanggil Panembahan Pakungwati I. Keraton baru tersebut berdiri tepat di sebelah barat daya keraton lama yang didirkan oleh Pangeran Cakrabuana.

Sejarah dari Keraton Kasepuhan Cirebon bermula dari runtuhnya Kerajaan Cirebon pada 1666 saat masa pemerintahan Panembahan Ratu II atau Pangeran Rasmi. Pada waktu itu, mertua dari Panembahan Ratu II yang merupakan penguasa Kerajaan Mataram beranama Sultan Amangkurat I memanggil Penembahan Ratu II ke Surakarta.

Panggilan tersebut bukan tanpa sebab. Panembahan Ratu II dituduh melakukan persekongkolan dengan Banten untuk menjatuhkan Mataram. Karena itu, penguasa Cirebon ini diasingkan hingga wafat di Surakarta satu tahun kemudian tepatnya pada 1667. Meninggalnya Panembahan Ratu II membuat kekosongan pemerintahan Cirebon. Melihat hal ini, Kerajaan Mataram tidak ingin kehilangan kesempatan dan akhirnya mengambil alih kekuasaan di Cirebon.

Mengetahui hal tersebut, penguasa Banten yang bernama Sultan Ageng Tirtayasa  merasa marah karena pengambilan kekuasaan sepihak atas Cirebon. Sultan Ageng Tirtayasa mengambil tindakan untuk membebaskan putra-putra dari Panembahan Ratu II yang diasingkan oleh Mataram. Putra-putra tersebut bernama Pangeran Kartawijaya dan Pangeran Martawijaya.

Halaman:
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement