Pabrikan Otomotif Dunia Berlomba Kuasai Pasar Mobil Listrik 

Image title
3 Desember 2020, 18:42
mobil listrik, hyundai, tesla, gm, toyota, bmw, daimler, mercedes-benz, volkswagen, vw
hxdyl/123rf
Ilustrasi. Pabrikan otomotif dunia sedang berlomba merebut pasar mobil listrik seiring dengan program penurunan emisi karbon di banyak negara.

Dunia sedang berlomba menuju energi bersih. Hal ini tidak luput dari kebijakan berbagai negara untuk mengurangi emisi karbon. Industri otomotif pun melaju kencang memperebutkan pasar kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang ramah lingkungan. 

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongki Sugiarto mengatakan hampir semua produsen besar otomotif dunia memiliki mobil listrik. Saat ini tinggal menunggu kesiapan masing-masing merek dalam hal pemasaran. “Yang penting infrastrukturnya, seperti charging station, sudah siap,” katanya kepada Katadata.co.id, Kamis (3/12). 

Advertisement

Persaingan memperebutkan pangsa pasar ini sudah mulai ketat. Namun Indonesia hingga kini belum dapat membuat mobil listrik secara mandiri. “Semua mobil listrik masih impor secara utuh,” ucapnya.

Harapannya, pabrikan baterai mobil listrik dapat segera terealisasi. Produk ini berperan penting untuk memenuhi kebutuhan pabrik lokal dalam menggenjot mobil listrik. Dampak lainnya, harga kendaraan tanpa bahan bakar fosil itu akan jadi lebih terjangkau.

Keinginan menjadikan Indonesia sebagai produsen baterai lihtium-ion dunia sebenarnya sudah ada. Hilirisasi bahan bakunya, yaitu nikel, sedang pemerintah genjot. Begitu pula untuk pembangunan pabriknya.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pekan lalu mengatakan peta jalan pengembangan baterai lithium telah rampung dibahas. "Kami optimistis di 2023 sudah dapat memproduksinya dengan teknologi terkini," katanya.

Biaya produksi baterai dalam satu dekade terakhir, menurut dia, terus menurun. Hal ini membuat harga produknya lebih murah. Dari US$ 1.160 per kilowatt hour (kWh) pada 2010 menjadi US$ 156 per kilowatt hour pada 2019.

Bahan bakunya yang banyak menggunakan bijih nikel, membuat negara ini dapat menjadi pemain global baterai lithium. “Potensi nikel kita terbesar dan biayanya lebih rendah dari Australia,” ujar Luhut.

Dengan kondisi itu, pemerintah berkomitmen tak lagi membuka keran ekspor bijih nikel. Fokusnya sekarang adalah hilirisas dengan cara membangun pabrik baterai.

Luhut juga sempat mengunjungi pembangunan pabrik mobil listrik Hyundai di bekasi, Jawa Barat. Kehadirannya menjadi sinyal kuat pemerintah untuk mengembangkan industri kendaraan listrik.

Targetnya, Indonesia akan menggandeng pabrikan mobil Korea Selatan itu dalam memproduksi mobil listrik. Dengan begitu negara ini tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik tapi juga kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah, sampai Afrika. “Indonesia akan menjadi salah satu pasar EV utama di ASEAN,” ucap Luhut ketika itu.

Hyundai memang salah satu produsen otomotif yang cukup serius menggarap mobil listrik. Melansir dari Car and Drive, perusahaan baru saja meluncurkan platform khusus untuk EV, bernama electric-global modular platform alias E-GMP.

Perusahaan menargetkan dapat memakai platform itu untuk 23 produk mobil listriknya pada 2025. Melalui E-GMP, Hyundai mengklaim mobilnya dapat menghasilkan tenaga 600 tenaga kuda (hp) atau sekitar 447,42 kilowatt (kW).

Kemampuan akselerasinya dari nol hingga 60 mil per jam (0 sampai 96 kilometer per jam) butuh waktu kurang dari 3,5 detik. Kecepatannya tertingginya adalah 161 mil per jam atau (260 kilometer per jam) atau naik 70% dari teknologi sebelumnya. 

Platform E-GMP akan menjadi dasar produk Hyundai dan anak usahanya, Kia, mulai 2021. Tipe mobil yang dalam waktu dekat akan memakainya, yaitu Hyundai Ioniq 5 dan Genesis. 

Presiden dan Kepala Riset dan Pengembangan Hyundai Motor Group, Albert Biermann mengatakan E-GMP berbasis roda belakang akan memperluas kepemimpinan Hyundai dalam segmen mobil listrik ke depan. “Pelanggan saat ini menuntut dinamika berkendara yang sangat baik dan efisiensi yang luar biasa," kata dia.

pemain mobil listrik indonesia
Pemain mobil listrik indonesia. (Katadata)

GM vs Tesla Berebut Pasar Amerika Utara

Bergerak ke Amerika Serikat, terpilihnya Joe Biden sebagai presiden ke-46 menjadi angin segar untuk kendaraan listrik. Dalam kampanyenya, Biden berkomitmen untuk mengembangkan energi ramah lingkungan, termasuk mendorong industri EV. 

Produsen omotif terbesar di sana,  General Motors alias GM, baru saja mengumumkan akan menaikkan investasi mobil listrik hingga US$ 27 miliar atau sekitar Rp 284,37 triliun pada 2025. Jumlah itu naik US$ 7 miliar atau 35% dari rencana awal pada Maret lalu.

Peningkatan investasi ini akan mendukung rencana GM merilis 30 mobil listrik secara global. Sebanyak 20 tipe khusus meluncur di Amerika bagian utara. 

Perusahaan telah membuat 12 kendaraan listrik, termasuk pickup di bawah merek Chevrolet dan GMC. Sebanyak 1 juta penjualan EV secara global targetnya dapat terjual pada 2025.

Chief Executive Officer GM Marry Barra berharap dapat menjual lebih banyak mobil listrik daripada Tesla. “Kami berkomitmen untuk memperjuangkan pangsa pasar EV sampai kami menjadi nomor satu di Amerika Utara,” katanya seperti dikutip dari CNBC.

Mayoritas produknya akan memakai sel baterai ultium. Baterai keluaran terbaru ini dapat ditumpuk vertikal atau horizontal dalam bagian kap mesin, tak seperti baterai lithium-ion. Hal tersebut membuat energi dan desain kendaraan lebih optimal.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement