Peluang Bisnis Baterai Tumbuh Pesat di Era Mobil Listrik

Sorta Tobing
30 Desember 2020, 17:32
baterai listrik, mobil listrik, bkpm, bahlil lahadalia, emisi karbon, uni eropa, tiongkok, amerika serikat, antam, lg energy, catl, mind id, inalum
123rf.com/malp
Ilustrasi. Bisnis baterai listrik diperkirakan akan tumbuh pesat seiring dengan peningkatkan pemakaian kendaraan listrik.

Industri baterai listrik akan tumbuh pesat. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan permintaannya akan tumbuh empat kali lipat dalam beberapa tahun ke depan.

Kondisi itu dipicu dari semakin banyak negara di dunia yang mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dan menurunkan emisi karbon. “Penggunaan kendaraan listrik akan naik 15% sampai 100% dari total mobil yang beredar,” ujarnya dalam keterangan pers secara virtual, Rabu (30/12). 

Merujuk riset McKinsey pada September lalu, Tiongkok akan menjadi penggerak utama pasar kendaraan listrik atau EV dunia. Posisi berikutnya adalah Amerika Serikat dan Uni Eropa. Pandemi Covid-19 menjadi momentum utama transisi industri otomotif dari bahan bakar fosil ke baterai. 

The Economist Intelligence Unit (EIU) memprediksi penjualan mobil listrik tahun ini  akan mencapai jutaan unit. Dalam laporannya berjudul Industries in 2020, Tiongkok akan menjadi pasar terbesar mobil listrik dunia, dengan total 1,39 juta unit yang akan terjual, seperti terlihat pada grafik Databoks di bawah ini.

Di Indonesia, pemerintah pun memasang target ambisius untuk penerapan EV. Angkanya mencapai 4 juta unit mobil listrik dan 10 juta unit motor listrik di 2035. Sebelum itu tercapai, emisi karbon akan turun 29% di 2030. 

Dengan kondisi pasar yang akan tumbuh tersebut, Bahlil melihat industri baterai akan terdorong. Komponen ini berkontribusi 40% hingga 50% dari biaya total kendaraan listrik. 

Indonesia memiliki potensi besar untuk menggarapnya karena memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Nikel merupakan salah satu bahan baku utama pembuatan baterai listrik. 

Eropa Kejar Asia dalam Industri Baterai

Laporan Deloitte berjudul 2021 Renewable Energy Industry Outlook menyebutkan bisnis baterai atau penyimpanan energi menjadi industri yang tumbuh paling cepat di sektor energi. Biaya yang turun dan teknologi semakin canggih membuat daya simpan lebih banyak dan ekonomis.

Tak cuma untuk menghidupkan kendaraan. Kehadiran baterai juga akan mendorong pemakaian pembangkit listrik energi terbarukan, seperti tenaga matahari atau PLTS serta angin atau PLTB. 

Sektor ketenagalistrikan semakin mencari cara penyimpanan energi untuk memenuhi kekurangan kapasitas listrik karena pembangkit energi terbarukan  sifatnya intermittent. Sifat ini ada pada pembangkit surya dan angin, yaitu energi primernya hanya diperoleh pada waktu tertentu. 

Komisi Uni Eropa dalam laporannya berjudul Batteries Europe pada awal bulan ini mengatakan total permintaan baterai global akan mencapai hampir seribu gigawatt hour (GWh) per tahun pada 2025. Angkanya Bakal lebih dari 2.600 gigawatt hour pada 2030.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...