Ambisi Besar Konsorsium BUMN Bentuk Holding Baterai Kendaraan Listrik

Image title
1 Februari 2021, 19:09
indonesia holding battery, antam, mind id, pertamina pln, bumn, nikel, baterai listrik, mobil listrik
123RF.com/Hannu Viitanen
Ilustrasi. MIND ID, Pertamina, dan PLN akan bentuk holding bisnis baterai bernama Indonesia Holding Battery.
  • Holding bisnis baterai di Indonesia butuh dana hingga US$ 17 miliar.
  • Dua mitra asing telah menyatakan komitmennya, tapi tiga perusahaan pelat merah yang membentuk holding masih melakukan pembahasan.
  • Untuk tahap awal, Antam akan memimpin pembangunan smelter dan mengamankan produksi nikel.

Rencana menjadi produsen utama baterai listrik di Asia Tenggara sudah di depan utama. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau MIND ID, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero) akan membentuk perusahaan induk bisnis baterai di Indonesia bernama Indonesia Holding Battery.

Pembentukan konsorsiumnya masih digodok. Dua mitra asing telah menyatakan komitmennya untuk bergabung, yaitu Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) asal Tiongkok dan LG Chem Ltd asal Korea. Keduanya termasuk produsen baterai kendaraan listrik (EV) terbesar di dunia.

Advertisement

Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik (Electric Vehicle/ EV Battery) Agus Tjahajana mengatakan langkah ini sejalan dengan kebijakan percepatan kendaraan listrik berbasis baterai atau KBLBB. Pemerintah telah menetapkannya dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019. 

Pemerintah optimistis dapat merealisasikan pembentukan holding itu. Apalagi, Indonesia memiliki bahan baku penting pembuatan baterai, yaitu nikel, aluminium, mangan, dan kobalt. Anak usaha MIND ID, yaitu PT Aneka Tambang Tbk atau Antam, nantinya akan mengerjakan industri hulu baterai. 

Agus menyebut perusahaan pelat merah atau BUMN tersebut berambisi besar mengembangkan ekosistem baterai untuk kendaraan listrik (EV) pada 2025. “Untuk menjadi pemain global material produk hulu baterai atau nikel sulfat,” katanya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII, Senin (1/2). 

Antam, menurut dia, menargetkan menjadi produsen nikel sulfat dengan produksi 50 ribu hingga 100 ribu ton per tahun. Produk ini akan memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Kemudian, untuk menjadi pemain utama global target produksi perfusor sampai dengan katoda mencapai 120 Hingga 24 ribu ton per tahun. 

Untuk mencapai target itu, pemerintah sedang melakukan penjajakan dengan calon mitra asing. Syaratnya adalah memiliki jejak global dalam industri EV, kekuatan finansial, dan reputasi merek yang baik.

Dari proses penjajakan tahap pertama, terdapat tujuh grup masuk kriteria. Yang telah menyatakan komitmennya adalah CATL dengan investasi US$ 7 miliar (sekitar Rp 71 triliun). Lalu LG Chem, melalui LG Energy Solution, sebesar US$ 9,8 miliar atau Rp 138 triliun. Ada pula Samsung, Tesla, dan dua perusahaan lainnya yang tertarik masuk dalam bisnis ini. 

Agus memperkirakan Indonesia dapat menghasilkan US$ 26 miliar atau Rp 366 triliun pada 2030 apabila berhasil menjadi pemain global baterai kendaraan listrik. Asumsi ini berdasarkan kapasitas produksi hingga 140 gigawatt hours (GWh). 

Pertamina sebelumnya memprediksi akan terjadi kenaikan kebutuhan kapasitas baterai dalam beberapa dekade ke depan. Dalam skenario paling ambisius atau green transition, kebutuhan kapasitas baterai mencapai 41 gigawatt hours pada 2030 menjadi 198 gigawatt hours pada 2050.

Pemerintah sedang menyusun peta jalan pengembangan baterai listrik dan engine storage system (ESS) hingga 2027. Tahun ini, capaian awalnya adalah membangun stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dan stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) di seluruh Indonesia. PLN telah memiliki 32 titik SPKLU pada 22 lokasi dan pilot project SPBKLU di 33 lokasi.

Dalam konsorsium Indonesia Holding Battery, MIND ID bersama Antam berperan untuk menyediakan bijih nikel. Pertamina menjalankan bisnis manufaktur produk hilir meliputi pembuatan baterai cell, baterai pack, dan ESS.

Sedangkan PLN akan berperan untuk pembuatan baterai cell, penyediaan infrastruktur SPKLU, dan integrator energy management system (EMS). Porsi kepemilikan saham masing-masing BUMN, yakni sebesar 25%.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement