Minim Pengawasan, Proyek Pembangkit Panas Bumi Makan Korban 

Image title
2 Februari 2021, 15:55
panas bumi, pltp, sorik marapi, kementerian esdm, energi baru terbarukan
123RF.com
Ilustrasi. Kebocoran gas di PLTP Sorik Marapi Unit II menewaskan lima warga Mandailing Natal, Sumatera Utara.
  • Hasil investigasi sementara Kementerian ESDM menyebut kebocoran gas di PLTP Sorik Marapi Unit II karena kelalaian pengembang.
  • Aktivitas penduduk kerap terlalu dekat dengan PLTP.
  • Pemerintah perlu mengawasi lebih ketat standar keselamatan kerja pembangkit listrik ini. 

Sebanyak lima warga Mandailing Natal, Sumatera Utara, meninggal akibat menghirup gas beracun dari proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Sorik Marapi Unit II. Kejadian pada pekan lalu itu juga membuat puluhan warga menjadi korban. 

Hasil investigasi sementara pemerintah menunjukkan ada unsur kelalaian pengembang, yaitu PT Sorik Marapi Geothermal Power. "Semua peralatan dan fasilitas berfungsi normal, tapi ada beberapa hal teknis, terutama soal safety (keamanan), yang tidak dilaksanakan sesuai prosedur," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana kepada Katadata.co.id, Selasa (2/2).

Kementerian ESDM tengah memfinalisasi laporan investigasi dari kejadian tersebut. Selanjutnya, pemerintah pusat dan daerah akan berkoordinasi untuk menyelesaikan aspek sosial masyarakat. “Secara paralel, kami akan evaluasi komitmen badan usaha terhadap pelaksanaan aspek keselamatan di lapangan,” ucapnya. 

Kronologis kejadian tersebut, berdasarkan keterangan Kementerian ESDM, bermula pada Senin pekan lalu sekitar pukul 12.00 WIB. Perusahaan membuka sumur dengan mengalirkan steam ke silencer untuk dibersihkan sebelum dialihkan ke PLTP. 

Sekitar 30 menit setelah itu, masuk laporan seorang warga yang pingsan. Saat kejadian, korban berada di sawah yang berjarak sekitar 300 hingga 500 meter dari lokasi sumur panas bumi. Namun, seluruh alat pendeteksi gas tidak menunjukkan adanya kebocoran gas hidrogen sulfida (H2S). Sorik Merapi Geothermal Power lalu memutuskan menutup kembali sumurnya.

Direktur Panas Bumi Ida Nuryatin Finahari, yang masih menjabat saat itu, kemudian menerbitkan surat penghentian sementara seluruh kegiatan dan aktivitas perusahaan di lapangan. Termasuk di dalamnya penghentian operasi PLTP Unit I sebesar 45 megawatt (MW), kegiatan pengeboran dengan 2 unit rig, dan seluruh aktivitas pengembangan PLTP Unit II.

Sorik Marapi Geothermal Power mayoritas sahamnya, sekitar 95%, dimiliki oleh KS Orka Renewables Pte Ltd. Perusahaan yang berbasis di Singapura ini memulai proyek PLTP Sorik Marapi pada pertengahan 2016. 

PLTP SMALL SCALE DIENG
PLTP Small Scale Dieng (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Jaga Jarak Aktivitas Warga dengan PLTP

Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API), Priyandaru Effendi mengatakan proyek PLTP selalu menerapkan standar keselamatan kerja dan lingkungan yang ketat, sesuai peraturan yang berlaku. Namun, musibah masih saja dapat terjadi. 

Saat ini investigasi Kementerian ESDM masih berlangsung. Semua pihak, menurut dia, sebaiknya tidak berspekulasi mengenai apa yang terjadi. "Musibah ini, insya Allah, tidak akan mempengaruhi iklim investasi," ujarnya.

Dengan adanya kejadian ini, semua pengembang panas bumi diharapkan dapat mengambil pelajaran. Keselamatan kerja dan lingkungan harus tetap dilakukan secara hati-hati dan tanpa kompromi. "Seinget saya kejadian serupa pernah terjadi di PLTP Dieng," ucapnya.

Pada 30 Juni 2007, sebuah ledakan keras terjadi di salah satu pipa PLTP Dieng. Akibatnya, melansir dari Koran Tempo, 14 orang yang berada di sekitar ledakan menderita luka.

Ledakan itu terjadi di pipa brand water unit 9, yang melintasi perkebunan kentang di Desa Karang Tengah, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah. Pipa ini mengalirkan panas bumi ke pembangkit listrik

Yang perlu menjadi perhatian ke depan, menurut Priyandaru, bagaimana menjaga jarak agar aktivitas penduduk tidak terlalu dekat dengan PLTP. Persoalan ini terjadi di semua pengembangan proyek panas bumi. “Keselamatan lingkungan kerja bukan hanya dari perusahaan tapi semua stakeholder yang terlibat,” katanya. 

Saptar, seorang perwakilan warga Mandailing Natal, mengatakan sampai sekarang masyarakat sekitar masih was-was pasca kebocoran gas di PLTP Sorik Marapi Unit II. Kejadian ini tidak pernah terduga akan terjadi.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...