Sinyal Bos Tesla yang Berpotensi Turunkan Pamor Nikel Indonesia

Image title
2 Maret 2021, 18:17
tesla, elon musk, mobil listrik, nikel, baterai listrik
ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song
Ilustrasi.
  • Elon Musk bakal mengganti nikel dengan besi untuk baterai kendaraan listriknya.
  • Substitusi ini berpotensi menurunkan posisi tawar RI dalam negosiasi industri baterai dengan Tesla. 
  • Momentum baterai lihtium-ion masih akan berlanjut dalam 15 hingga 20 tahun ke depan.

Pendiri dan bos Tesla, Elon Musk, kembali menyatakan kekhawatirannya pada komoditas nikel. Barang tambang ini menjadi bahan baku utama untuk memproduksi baterai. Namun, ketersediaanya tak sesuai dengan keinginan produsen mobil listrik asal Amerika Serikat itu.

Apabila kondisi tak berubah, Musk bakal mengganti nikel dengan katoda  berbahan dasar besi. “Nikel adalah kekhawatiran utama kami untuk meningkatkan produksi baterai lithium-ion. Karena itu, kami mengubah (baterai) ke katoda besi. Banyak besi (dan lithium)!,” cuitnya dalam akun Twitter @elonmusk, Jumat (26/2). 

Advertisement

Mengutip dari Reuters, pada tahun lalu sebenarnya Musk pernah memberi sinyal pada penambang nikel dunia untuk menggenjot produksinya dalam skala besar. Bahkan Tesla menjanjikan kontrak besar untuk jangka panjang yang dapat menjamin pasokan perusahaan. 

Satu hal yang menjadi syarat utama bagi para pemasok adalah para penambangnya harus memperhatikan faktor lingkungan. Syarat ini juga yang Tesla berikan kepada pemerintah Indonesia, selaku produsen nikel terbesar dunia, dalam negosiasi bisnis baterai. 

Dibandingkan besi, nikel menyimpan energi listrik lebih padat. Mobil dapat berjalan lebih jauh dengan sekali pengisian daya. Tesla membutuhkan logam mineral itu tak hanya untuk kendaraan listrik, tapi juga proyek tenaga surya. 

Beberapa analis menyebut volume yang dibutuhkan Tesla tidak menarik bagi penambang untuk meningkatkan produksi. Jumlahnya sedikit sehingga tidak akan menaikkan harga dalam jangka menengah.

Perusahaan saat ini mendapatkan produk baterai nikel-kobalt-mangan (NCM) dari LG Chem asal Korea Selatan. Untuk baterai nikel-kobalt-aluminium, pasokannya dari Panasonic Corp, Jepang. 

Kedua perusahaan itu secara tidak langsung membeli nikel dari perusahaan tambang dalam rantai pasok yang panjang. Tesla, yang sangat menekankan penambangan berkelanjutan, pun tidak dapat mengungkapkan sumber nikel dalam rantai pasokannya.

Nah, Indonesia tengah menanti calon mitra untuk masuk dalam bisnis baterai. Pemerintah berencana membentuk induk usaha atau holding bernama Indonesia Battery Corporation (IHC).

Di dalam induk itu terdapa empat badan usaha milik negara alias BUMN. Keempatnya adalah PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) atau MIND ID, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang Tbk alias Antam. 

Ada tujuh perusahaan global yang tertarik masuk dalam proyek itu. Dua perusahaan yang serius, yakni Contemporary Amperex Technology (CATL asal Tiongkok dan LG Chem. Sedangkan Tesla masih melakukan penjajakan dengan pemerintah.

TESLA-CHINA/DELIVERY
Ilustrasi mobil listrik Tesla. (ANTARA FOTO/REUTERS/Yilei S)

Diskusi dengan Tesla Masih Berlanjut

Pemerintah terus bernegosiasi dengan Tesla. Namun saat disinggung mengenai progresnya, Deputi Investasi & Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto enggan membeberkan lebih lanjut.

Penyebabnya, Indonesia telah mengantongi non-disclosure agreement (NDA) alias perjanjian larangan pengungkapan informasi. "Saya masih ada NDA dengan Tesla. Tidak bisa berbicara banyak," kata dia kepada Katadata.co.id, Selasa (2/3).

Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia alias Perhapi Rizal Kasli mengatakan saat ini, sejumlah perusahaan memang sedang terus melakukan studi dan riset untuk pengembangan penyimpanan daya (energy storage) dan baterai mobil listrik. 

Kehadiran produk-produk itu untuk menciptakan baterai yang aman, efisien, murah, andal, dan ramah lingkungan. Baterai mobil listrik yang saat ini paling banyak digunakan adalah jenis lithium-ion. Komponen katoda atau kutub positifnya merupakan campuran nikel, kobalt dan mangan. Sedangkan anodanya (kutub negatif) berbahan baku lithium. 

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing

The pandemic has led Indonesia to revisit its roadmap to the future. This year, we invite our distinguished panel and audience to examine this simple yet impactful statement:

Reimagining Indonesia’s Future

Join us in envisioning a bright future for Indonesia, in a post-pandemic world and beyond at Indonesia Data and Economic Conference 2021. Register Now Here!

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement