Profil Projo, Organisasi Pendukung Presiden Jokowi

Dzulfiqar Fathur Rahman
26 Mei 2023, 14:57
Bendera Projo dalam acara Konser Putih Bersatu Stadion Utama GBK, Senayan- Jakarta Pusat (13/4).
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Bendera Projo dalam acara Konser Putih Bersatu Stadion Utama GBK, Senayan- Jakarta Pusat (13/4).

Organisasi pendukung Presiden Joko Widodo alias Projo menawarkan 10 skenario pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk pemilihan presiden alias Pilpres 2024. Hasil finalnya akan ditentukan melalui rapat koordinasi nasional. 

Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi mengatakan, Jokowi masih berusaha untuk mendorong terbentuknya pasangan calon Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Namun, kondisinya semakin sulit.

Advertisement

Karena itu, Jokowi telah menyiapkan skenario lain. “Idealnya Pak Prabowo dan Pak Ganjar jadi satu. Idealnya,” kata Budi di kantor Projo, Jakarta Selatan, Kamis (25/5).

Presiden Perkenalkan Kabinet
Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi.

Dukungan Presiden Jokowi dalam Pilpres 2014

Projo dan 17 organisasi pendukung Presiden Jokowi lainnya tengah melakukan konsolidasi seiring dengan mendekatnya Pilpres 2024. Pada 14 Mei 2023, organisasi-organisasi ini menyelenggarakan pertemuan yang disebut Musyawarah Rakyat (Musra). Presiden Jokowi menghadiri pertemuan yang berlangsung di Istana Olahraga Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, itu.

Projo merupakan organisasi pendukung Presiden Jokowi yang berstatus sebagai organisasi kemasyarakatan. Organisasi yang bermarkas di Kecamatan Pancoran itu telah terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemkumham).

Kelahiran Projo berkaitan dengan perbedaan internal dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terkait calon presiden untuk Pilpres 2014. Sebagian kader masih mendukung Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk maju. Sebagian lainya mendukung Jokowi yang saat itu menjabat Gubenur DKI Jakarta.

Penolakan terhadap pengusungan Presiden ke-5 Megawati tidak lepas dari kekalahannya dalam Pilpres 2004 dan 2009. Megawati dan pasangan calon wakil presidennya kalah dengan pangsa suara 39,38% pada 2004 dan 26,79% pada 2009. Kekalahan pada 2004 terjadi meskipun ketua umum partai banteng itu memiliki keunggulan sebagai petahana.

Halaman:
Reporter: Dzulfiqar Fathur Rahman
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement