Harga BBM Tidak Turun, Bagaimana Formula Penghitungannya?

Sorta Tobing
6 Mei 2020, 07:00
harga BBM, harga minyak, ESDM
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Ilustrasi. Harga BBM tidak turun meskipun minyak mentah telah anjlok 66% sejak awal tahun.

Harga bahan bakar minyak atau BBM belum akan turun. Padahal, sejak awal tahun harga minyak mentah dunia telah turun 66%. Pandemi corona membuat konsumsi emas hitam global menurun drastis.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif beralasan harga minyak dunia berpotensi naik kembali dalam waktu dekat. Proyeksinya, minyak mentah bakal berada di atas US$ 40 per barel pada akhir tahun.

Pada perdagangan Selasa pagi (5/5), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni berada di US$ 21,43 per barel, naik 5,10% dibanding sehari sebelumnya. Minyak jenis Brent naik 2,43% menjadi US$ 27,86 per barel. Grafik Databoks di bawah ini menunjukkan pergerakan harganya.

(Baca: Harga BBM Tak Turun Bisa Untungkan Pemerintah untuk Tangani Covid-19)

Pemerintah juga mewaspadai pemotongan produksi minyak yang dilakukan organisasi negara-negara produsen minyak alias OPEC. Organisasi ini sepakat memangkas produksi hingga 9,7 juta barel per hari pada Mei hingga Juni 2020.

Selain itu, OPEC dan sekutunya bakal memotong produksi minyak 7,7 juta barel mulai Juli hingga Desember 2020 dan 5,8 juta barel per hari pada Januari 2021 sampai April 2022.

“Kami masih mencermati perkembangan harga minyak mentah, terutama di Mei dan Juni 2020,” kata Arifin dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR pada Senin lalu.

(Baca: Pasokan Turun Paling Dalam Sejak 2003, Harga Minyak Naik 3% Lebih)

Lantas, mengapa harga BBM bergantung pada harga minyak dunia? Minyak mentah alias crude ibarat bahan baku utama untuk menjadi BBM. Kalau bahan bakunya turun harga, seharusnya otomatis produk jadinya juga.

Bloomberg melaporkan harga BBM secara global anjlok 17% selama kuartal pertama 2020 dibandingkan kuartal sebelumnya. Pemicunya, harga minyak mental yang telah jatuh ke level terendah dalam hampir dua dekade terakhir.

Tapi kejatuhan harga bensin itu tak terasa di Indonesia, paling tidak dalam dua bulan terakhir. Padahal, sejak 18 Maret 2020 Presiden Joko Widodo telah meminta para menterinya mengkaji penurunannya.

(Baca: Menteri ESDM Putuskan Tak Turunkan Harga BBM Meski Harga Minyak Anjlok)

KONSUMSI BBM TURUN
Konsumsi BBM turun di tengah pandemi corona. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.)

Bagaimana Formula Perhitungan Harga BBM?

Di Indonesia, ada BBM subsidi dan nonsubsidi. Yang subsidi adalah premium, solar, dan minyak tanah. Arifin pada 8 April lalu telah mengeluarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 83K/12/MEM/2020 yang berisi tidak ada penyesuaian harga BBM subsidi.

Harga jual eceran subsidi untuk minyak tanah Rp 2.500 per liter, solar Rp 5.150 per liter, dan premium Rp 6.450 per liter. Angka premium tidak berganti sejak Oktober 2018. Menteri ESDM ketika itu Ignasius Jonan sempat menaikkan harganya tapi dibatalkan.

Untuk BBM nonsubsidi, harganya bergantung pada pergerakan minyak acuan dan kurs rupiah terhadap dolar AS. Pemerintah saat ini memakai acuan MOPS (Mean of Platts Singapore).

(Baca: Menteri ESDM Sebut Harga BBM Terjangkau, di Malaysia Lebih Murah)

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...