Menyempitnya Ruang Gerak Pendanaan Proyek PLTU Batu Bara

Image title
25 September 2020, 15:33
ifc, bank dunia, pltu, batu bara, pembangkit listrik tenaga uap, program 35 megawatt, pln
carloscastilla/123rf
Ilustrasi. Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU diperkirakan akan sulit mendapat pendanaan setelah IFC memutuskan tak lagi berinvestasi di proyek batu bara.

Proyek pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU akan semakin sulit mendapat pendanaan. International Finance Corporation (IFC), anggota Bank Dunia, telah menghentikan investasinya ke lembaga keuangan Afrika dan Asia yang masih mendukung proyek batu bara. Aturan ini berlaku mulai 17 September lalu.

Langkah tersebut sebagai upaya mendukung energi berkelanjutan dan mencegah perubahan iklim. IFC saat ini memiliki banyak saham di bank komersial besar, terutama di pasar negara berkembang. Pembatasan ke proyek batu bara harapannya akan memicu investor keluar dari sektor itu. “Secara historis, kebijakan dan prosedur lingkungan kami telah diadopsi oleh lembaga keuangan lain dan pasar secara umum,” kata Kepala Pembiayaan Iklim IFC Peter Cashin, Kamis (24/9), kepada Reuters.

Advertisement

Lembaga itu akan memastikan bank-bank di bawahnya mengurangi eksposur ke proyek batu bara hingga 0% pada 2030. Para pegiat perubahan iklim menyambut baik langkah tersebut. Hal ini mengirimkan pesan yang jelas kepada perbankan komersial dan sektor asuransi bahwa keuangan publik tidak lagi tersedia untuk lembaga-lembaga yang mendukung proyek batu bara.

Tak hanya lembaga keuangan, perusahaan multinasional General Electric (GE) pun memutuskan keluar dari bisnis PLTU yang dikerjakan oleh anak usahanya, GE Steam Power. Wakil Presiden Senior GE dan CEO GE Power Portofolio Russel Stokes mengatakan pihaknya akan fokus dan berinvestasi ke energi terbarukan dan pembangkit listrik yang lebih terjangkau, andal, mudah diakes dan berkelanjutan.

"Dengan transformasi berkelanjutan, kami fokus pada bisnis pembangkit listrik yang memiliki keekonomian dan pertumbuhan menarik," kata dia pada Senin lalu.

Di Indonesia, PLTU yang berencana memakai mesin dari GE adalah PLTU Tanjung Jati A (Jawa 3) yang berlokasi di Cirebon, Jawa Barat dan berkapasitas 1.320 megawatt (MW). Proyek ini masih tahap perencanaan dan tertunda.

Konsorsium yang mengerjakannya adalah PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan YTL Jawa Energy BV, dengan kepemilikan masing-masing 20% dan 80%.

Sebagai informasi, Tiongkok merupakan negara dengan pemilik PLTU terbesar di dunia. Berdasarkan data Carbon Brief, total kapasitas pembangkit batu bara di Tiongkok mencapai 972,5 ribu megawatt. Negara itu memiliki 97 ribu megawatt dalam radius 250 kilometer sepanjang delta Sungai Yangtze, sekitar Shanghai.

Selain Tiongkok terdapat pula India dan Jepang. Masing-masing memiliki pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 220,7 ribu megawatt dan 45,6 ribu megawatt.

Dampak Bagi Indonesia

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan tren global saat ini adalah lembaga keuangan tak lagi mendanai pembangkit listrik berenergi fosil. Kondisi ini akan berdampak pada proyek batu bara di masa depan.

Pembiayaan PLTU akan semakin sulit dan mahal. Pemerintah Jepang dan Korea juga telah menyatakan tidak akan lagi membantu pembiayaan pembangkit tersebut di masa depan. “Harga listrik yang diproduksi PLTU jadi mahal,” kata Fabby.

Pengembangan pembangkit itu pun sebenarnya bertentangan dengan komitmen pemerintah dalam pengurangan emisi karbon. Sudah banyak penelitian menunjukkan emisi dari PLTU mengandung berbagai macam polutan yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

PLTU yang beroperasi di Indonesia usianya cukup tua, rata-rata 20 tahun. Tingkat efisiensinya hanya 30% sampai 34% dan baku emisinya masih tinggi.

Tahun lalu, polusi udara di Jakarta sempat menjadi sorotan lantaran masuk yang terburuk di dunia. Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) dan Greenpeace menyebut salah satu kontributornya adalah PLTU. Terdapat 10 pembangkit listrik berbahan bakar batu bara yang berjarak 100 kilometer dari ibu kota seperti terlihat pada grafik Databoks di bawah ini.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement