BEI Pantau Harga Saham MNCN yang Sempat Anjlok 25%
Bursa Efek Indonesia (BEI) masih memantau pergerakan saham PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) hari ini, Selasa (18/6). Hal itu terkait dengan anjloknya harga saham MNCN menjelang penutupan perdagangan kemarin sebesar 25% atau 325 poin ke Rp 975 per saham.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia mengatakan, ada dua hal yang menjadi fokus Bursa terhadap harga saham perusahaan tercatat yang tidak normal. Pertama, dari sisi perusahaan tersebut. Kedua, dari transaksi yang dilakukan investor melalui Anggota Bursa (AB).
Dari sisi perusahaan, Nyoman mengatakan biasanya naik arau turunnya harga saham yang signifikan terkait dengan kinerja perusahaan atau tindakan perusahaan. Terlebih dari sisi hal material yang mampu mempengaruhi going concern perusahaan. "Sampai kemarin, (MNCN) tidak ada hal yang material," kata Nyoman di Gedung BEI, Jakarta.
MNCN sudah memberi penjelasan terkait penurunan saham perusahaan melalui keterbukaan informasi per hari ini. Dalam informasinya, perusahaan menyampaikan tidak ada peristiwa signifikan atau informasi material non-publik yang telah menyebabkan penurunan harga saham yang signifikan.
Sementara dari sisi perdagangan, Nyoman menyerahkan hal tersebut kepada Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota BEI Laksono Widodo. Ketika dikonfirmasi oleh Katadata.co.id, Laksono mengatakan saat ini tengah memperhatikan laju saham MNCN.
"Kalau masih wajar, karena memang supply dan demand, ya biar saja. Kecuali, ada yang tidak wajar, bisa kena UMA (Unusual Market Activity)," katanya. UMA adalah aktifitas perdagangan dan atau pergerakan harga suatu Efek yang tidak biasa pada suatu kurun waktu tertentu.
(Baca: MNC Group Merapat Dengan Vivendi S.A., Pemilik Universal Music Studios)
Saham MNCN pada pembukaan hingga penutupan sesi pertama perdagangan siang tadi kembali menguat 7,18% atau 70 poin. Nilainya menjadi Rp 1.045 per saham. Adapun, sahamnya diperdagangkan sebanyak 181,4 juta saham sengan nilai Rp 183,74 miliar.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya menduga, penurunan harga saham MNCN yang drastis tersebut karena ketidakjelasan terkait kerja sama dengan Vivendi SA. "Kami menduga kurangnya kejelasan seputar kesepakatan dengan Vivendi bisa menyebabkan kegelisahan dalam kinerja saham," katanya
Christine mengatakan, menurut berita yang diterbitkan pada bulan Maret, Vivendi SA berencana untuk berinvestasi sekitar US$ 400 juta hingga US$ 500juta di PT MNC Vision Network. Nilai itu setara sekitar 50% saham MNC Vision Network. "Namun, investor publik tidak mendapatkan kejelasan lebih lanjut," katanya.
(Baca: Usai Pemilu, MNC Group Luncurkan Proyek Properti Senilai Rp 28 Triliun)
Pada Februari lalu, salah satu anak usaha milik PT Global Mediacom Tbk dari MNC Group akan menjalin kerja sama bidang konten dan media dengan Vivendi. Pemilik MNC Group Harry Tanoesoedibjo mengatakan, masuknya perusahaan asal Prancis itu sudah memasuki tahap final. "Lagi finalisasi. Saya tidak boleh disclose karena mereka perusahaan publik. Yang jelas sudah sama-sama," ujar Hary Tanoe di MNC Tower, Jakarta.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Global Mediacom David Fernando Audy mengatakan, Vivendi akan masuk ke anak usaha Global Mediacom, yaitu PT MNC Vision Network (MVN). Nilai investasinya berkisar antara US$ 400 juta hingga US$ 500 juta, setara Rp 5,6 triliun hingga Rp 7 triliun, atau hampir setara dengan 50% saham MVN.
David mengatakan, proses investasi Vivendi akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama akan dieksekusi pada bulan Maret. "Investasi ini akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama baru 20% dari total transaksi tersebut," kata David menambahkan.
Nantinya, MVN akan melakukan penjajakan di pasar modal melalui skema penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) setelah 20% sahamnya dimiliki oleh Vivendi. Melalui IPO itu, Vivendi akan memperbesar kepemilikannya hingga 50%. MVN merupakan anak usaha Global Mediacom yang mengurus usaha siaran televisi berbayar yaitu MNC Vision dan MNC Play.
(Baca: MNC Studios Targetkan Dana IPO hingga Rp 1,01 Triliun )