Inflasi April 0,44%, Tertinggi Sejak 2008

Rizky Alika
3 Mei 2019, 21:56
Pedagang bawang putih di Pasar Lhokseumawe, Aceh, Jumat (12/5).
Antara
Ilustrasi, inflasi bulanan pada April 2019 mencapai angka 0,44%. Salah satu penyebab kenaikannya karena lonjakan harga bawang putih.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi bulanan pada April 2019 mencapai 0,44%. Angka ini di luar pola inflasi April, yang kerap rendah atau mengalami deflasi. Inflasi tertinggi untuk bulan yang sama terjadi pada 2008, yaitu 0,57%.

Sebagai pembanding, inflasi pada April 2015 mencapai 0,36%. Tahun berikutnya, deflasi terjadi pada April 2016 sebesar 0,45%. Sementara, pada April 2017 dan 2018 secara berturut-turut sebesar 0,09% dan 0,10%.

Tahun lalu, inflasi cukup terkendali karena bertepatan dengan musim panen raya. Pasokan bahan kebutuhan pokok, khususnya beras, dapat terjaga.

Namun, kondisinya berbeda untuk 2019. BPS Suhariyanto mengatakan, inflasi April paling banyak dipengaruhi oleh kenaikan harga bumbu makanan, terutama bawang merah, bawang putih, cabai merah, dan tomat sayur. Namun, angka inflasi secara tahunan, menurut dia, masih terkendali, yaitu 2,83% atau berada pada target inflasi pemerintah 2,5-4,5%.

Harga bawang merah yang rata-rata naik 22,93% dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,13%. Kemudian bawang putih mengalami inflasi sebesar 35% dengan andil sebesar 0,09%. Selanjutnya, cabai merah memberikan andil sebesar 0,07% dan tomat sayur menyumbang inflasi sebesar 0,02%.

(Baca: Harga Bawang Putih Rp 40 Ribu, Kemendag Gencarkan Operasi Pasar)

Sebaliknya, bahan makanan lain mengalami deflasi, seperti beras yang memberikan andil sebesar 0,06%, serta daging ayam ras dan ikan segar yang masing-masing menyumbang deflasi 0,01%. Meski harga beras turun, Suhariyanto mengatakan, angkanya tidak bisa mengkompensasi kenaikan harga komoditas lainnya. 

Selain kelompok bahan makanan, inflasi juga didorong oleh kelompok perumahan, air, gas, dan bahan bakar yang mengalami inflasi sebesar 0,12% dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,03%. Penyumbang utama inflasi ialah tarif kontrak rumah yang memberikan andil 0,03%, sementara tarif sewa rumah memberikan andil 0,01%. 

Suhariyanto mengatakan, kenaikan inflasi kelompok perumahan disebabkan kenaikan harga beberapa barang untuk pemeliharaan rumah, seperti pada semen dan asbes. Di luar itu, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga menyumbang terhadap inflasi mencapai 0,05%. Penyebabnya, tarif angkutan udara masih mengalami kenaikan.

Berdasarkan data BPS, ada kenaikan tarif tiket pesawat di 39 kota. Salah satunya di Banjarmasin yang mengalami kenaikan tiket pesawat sebesar 23%. Adapun, andil tarif angkutan udara terhadap inflasi mencapai 0,03%.

Musim Panen Terlambat

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan lonjakan inflasi terjadi karena musim panen yang terlambat. "Panen kita pada tahun ini agak terlambat. Beras panennya terlambat, begitu juga cabai dan bawang merah," kata dia seperti yang dikutip dari Antara.

Terkait harga bawang putih, impor komoditasnya juga terlambat masuk. Namun, Darmin memastikan pasokan bumbu makanan itu akan segera tiba. Sementara, cabai dan bawang merah diharapkan akan segera memasuki masa panen raya. Panennya sedikit terlambat lantaran curah hujan yang cukup tinggi.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...