Pertumbuhan Ekonomi RI Terkontraksi, Apa Itu Resesi Teknikal?

Sorta Tobing
5 Agustus 2020, 17:23
pertumbuhan ekonomi kuartal ii-2020 minus, pertumbuhan ekonomi 2020, bps, pandemi corona, covid-19
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Ilustrasi. Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat pada kuartal kedua 2020 pertumbuhan ekonomi minus 5,32% secara tahunan atau year-on-year.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi untuk pertama kalinya setelah lebih 20 tahun. Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat pada kuartal kedua 2020 angkanya minus 5,32% secara tahunan atau year-on-year.

Sepanjang semester pertama tahun ini, ekonomi Indonesia terkontraksi 1,62% jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Pandemi corona telah membuat kegiatan ekonomi menurun tajam, termasuk konsumsi, investasi, dan ekspor-impor.

Advertisement

Pengamat Ekonomi Kajian Strategis Universitas Kebangsaan Eric Sugandi berpendapat saat ini RI telah masuk resesi teknikal. "Indonesia sudah mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2020 jika dilihat secara kuartalan," ujar Eric, Rabu (5/8). Resesi, menurut dia, terjadi ketika pertumbuhan ekonomi berada di posisi minus secara dua kuartal berturut-turut.

Pada triwulan I-2020 pertumbuhan ekonomi secara quarter-to-quarter (qtq) minus 2,41%. Di kuartal berikutnya, pertumbuhannya minus 4,19%. Grafik Databoks di bawah ini menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi RI yang minus secara kuartalan telah terjadi empat kali sejak awal 2019.
Namun, Kepala Ekonom BCA David Sumual berpendapat berbeda. Indonesia belum resesi secara teknis. Menurut dia, definisi resesi itu adalah ketika negara mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut yang dilihat secara tahunan.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede pun senada dengan hal tersebut. "Mengingat data produk domestik bruto (PDB) Indonesia belum menghilangkan faktor musiman, maka resesi teknikalnya didefinisikan sebagai pertumbuhan negatif pada dua kuartal berturut-turut secara tahunan. Jadi, Indonesia belum masuk technical recession," katanya.

Pelemahan ekonomi bukan hanya terjadi di negara ini. Prosesnya telah terjadi sejak awal wabah Covid-19 muncul di Tiongkok, lalu menyebar ke seluruh dunia. “Semua negara berpotensi resesi,” kata Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah dalam pernyataan tertulisnya.

Perbedaanya hanya pada kedalaman dan kecepatan keluar dari kondisi ekonomi tersebut. Indonesia pun diperkirakan akan mengalami resesi. Pertumbuhan ekonominya akan negatif di dua kuartal terakhir tahun ini. “Apabila perkiraan ini benar-benar terjadi, maka RI pada Oktober nanti akan secara resmi dinyatakan resesi,” ujarnya.

Ekonom senior Faisal Basri dalam situs pribadinya menuliskan sampai sejauh ini pandemi Covid-19 belum kunjung mencapai puncak kurva. Karena itu, besar kemungkinan kontraksi ekonomi bakal berlanjut pada triwulan mendatang walaupun tak sedalam triwulan kedua. "Jika demikian, berarti dua triwulan berturut-turut mengalami kontraksi, sehingga Indonesia bakal memasuk resesi," tulisnya.

Apa Itu Resesi?

Melansir dari Investopedia, resesi adalah penurunan signifikan kegiatan ekonomi suatu negara, biasanya selama dua kuartal berturut-turut. Namun, lembaga riset nonprofit asal Amerika Serikat, The National Bureau of Economic Research (NBER), mengatakan definisi itu tidak lagi tepat.

NBER, lembaga yang memberikan tanggal mulai dan berakhirnya resesi di AS, melihat kondisi itu terjadi ketika kegiatan ekonomi menurun signifikan selama lebih dari beberapa bulan. Penurunan kegiatan ekonomi tersebut dapat dilihat dari merosotnya produk domestik bruto (PDB) riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan ritel.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement