Ditopang Ekspor, Neraca Dagang Indonesia Surplus 12 Bulan Beruntun

Agatha Olivia Victoria
20 Mei 2021, 12:35
neraca dagang, neraca perdagangan, surplus neraca dagang, bps, surplus neraca dagang, ekspor, impor
ANTARA FOTO/Arnas Padda/yu/foc.
Ilustrasi. Neraca perdagangan RI pada April 2021 surplus US$ 2,19 miliar.

Badan Pusat Statistik melaporkan, neraca perdagangan April 2021 surplus US$ 2,19 miliar. Dengan demikian, negara ini mencatat surplus  selama 12 bulan berturut sejak Mei 2020.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, surplus terjadi karena nilai ekspor yang lebih tinggi yakni US$ 18,48 miliar dibanding impor US$ 16,29 miliar. "Ini merupakan harapan besar pemulihan ekonomi Indonesia pada 2021," ujarnya dalam Konferensi Pers Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia April 2021, Kamis (20/5).

Nilai ekspor April 2021 tercatat naik 0,69% dibanding Maret 2021 sebesar US$ 18,35 miliar. Angka itu juga melonjak 51,94% dari April 2020 yang senilai US$ 12,16 miliar.

Menurut Suhariyanto, kenaikan ekspor secara bulanan didukung ekspor migas dan nonmigas yang meningkat masing-masing 5,34% dan 0,44%. Secara tahunan, ekspor migas pun melonjak 69,6% dan nonmigas 51,08%.

Berdasarkan sektornya, ekspor pertanian tercatat US$ 340 miliar, turun 14,55% secara bulanan. Kendati begitu, ekspor pertanian berhasil naik 18,98% secara tahunan.

Ekspor di sektor industri pengolahan senilai US$ 14,92 miliar, naik 0,56% dibanding Maret 2021 dan melesat 52,65% dibanding April 2020. "Ini menunjukan sektor manufaktur mulai bergeliat," kata dia.

Selain itu, ekspor di sektor pertambangan sebesar US$ 2,27 miliar, naik 2,33% secara bulanan dan 47,02% secara tahunan. Berdasarkan barang HS 2 digit, komoditas dengan nilai ekspor yang naik paling tinggi yakni besi dan baja US$ 246,2 juta, logam mulia perhiasan/permata US$ 177,2 juta, bijih terak dan abu logam US$ 108,2 juta, timah dan barang dari timah US$ 47,5 juta, serta mesin dan perlengkapan elektrik US$ 31,2 juta.

Untuk penurunan paling besar terjadi pada lemak dan minyak hewan nabati US$ 398,3 juta, pakaian dan aksesorisnya dari rajutan US$ 73,4 juta, pakaian dan aksesoris bukan rajutan US$ 66,4 juta, bahan bakar mineral US$ 44,1 juta, serta mesin dan peralatan mekanis US$ 38,5 juta.

Suhariyanto menyebutkan, Tiongkok masih menjadi negara tujuan utama ekspor Indonesia. "Kemudian disusul Amerika Serikat dan Jepang," ujar dia.

Sedangkan, nilai impor yang sebesar US$ 16,29 miliar pada April 2021 turun 2,98% dibanding Maret 2021. Penurunan tersebut karena nilai impor migas dan nonmigas tercatat minus masing-masing 11,22% dan 1,69%.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...