Donasi Rp 100 Ribu untuk Listrik Sangat Berarti saat Pandemi

Dimas Jarot Bayu
22 Mei 2020, 10:00
Veronica Colondam, Founder dan CEO YCAB Foundation
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Veronica Colondam, Founder dan CEO YCAB Foundation

Pandemi corona yang berlangsung lebih dua bulan di Indonesia telah memukul perekonomian masyarakat. Aktivitas usaha terhenti dan banyak orang  kehilangan pekerjaan.

Pemerintah mengucurkan beragam bantuan sosial untuk meringankan beban masyarakat terdampak Covid-19. Bantuan juga mengalir dari perusahaan maupun masyarakat umum dalam bentuk penggalan donasi. Salah satunya yang diinisiasi Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) atau YCAB Foundation melalui program Light Up Indonesia.  

Advertisement

Program yang berjalan sejak 21 April lalu ini bertujuan membayarkan tagihan listrik bagi 100 ribu masyarakat selama tiga bulan. Tantangan yang dihadapi bukan hanya dari penerima donasi, namun juga pendonor.

"Banyak masyarakat yang bingung mendonasikan dananya secara tepat," kata Pendiri sekaligus CEO YCAB Indonesia Veronica Colondam saat wawancara tatap muka melalui layanan Zoom dengan jurnalis Katadata.co.id, Dimas Jarot Bayu, Senin (18//5).

Bagaimana seluk-beluk penggalangan donasi dan penyalurannya, serta tantangan-tangan yang dihadapi? Berikut petikan wawancara dengan Veronica yang berlangsung sekitar 40 menit tersebut.

Apa latar belakang gerakan Light Up Indonesia?

Pertama, latar belakangnya karena pandemi Covid-19. Kami melihat masyarakat prasejahtera makin terhimpit secara ekonomi. Kami berpikir bagaimana caranya memberikan bantuan tunai, tapi secara tidak langsung. Dengan membayarkan listrik, membuat bujet mereka bisa dipakai untuk yang lain, misalnya sembako.

Biaya listrik di kalangan ekonomi bawah itu bisa mencapai 15% dari pengeluaran bulanan. Kami pikir bantuan ini akan sangat bermanfaat untuk mereka. Kedua, kami mau membantu dan juga meringankan beban.

Kami ingin membantu targeted communities, yaitu ibu-ibu yang dibina oleh YCAB. Anak-anak mereka sekolah di rumah, pakai WhatsApp dan email, tidak mungkin kalau tak ada listrik. Mereka perlu komputer, minimal di-charge handphone-nya.

Ide awalnya seperti apa sehingga terpikir memberi donasi untuk membayarkan listrik masyarakat?

Idenya datangnya dari partner teknologi kami, Jennifer (Jennifer Claudia, CEO Do-It). Kira-kira minggu kedua ketika kami work from home, dia bilang ingin berbuat sesuatu. Bisnis dia peer-to-peer lending. Mereka juga punya kecanggihan teknologi untuk crowdfunding.

Terus dia bilang, “Bagaimana caranya? Kita kirim duitnya ke siapa? Oh tidak, kita bayar listrik saja yuk”. Soalnya Rp 100 ribu untuk listrik itu means a lot to them. Lalu, idenya dieksplorasi, beberapa hari kemudian kami ngobrol dengan Wakil Direktur Utama PLN Pak Darmo (Darmawan Prasodjo). Ternyata disambut sangat baik.

Tiga minggu kemudian kami sudah launching. Kami mau bantu ibu-ibu pelaku usaha mikro. Jadi April itu walau launching-nya tanggal 21, kami sudah mulai bayar sebagian dari listrik mereka. Hampir 2.200 rekening yang sudah dibayarkan ketika gerakan mulai diluncurkan.

Siapa saja target program ini?

Target awal memang ibu-ibu pelaku usaha mikro karena mereka binaan kami. Target kedua, untuk masyarakat umum yang membutuhkan.

Tapi yang sudah pasti target awal para ibu karena bertepatan Hari Kartini. Nah, bulan ini kami menargetkan 30 ribu rumah. Total yang mau kami capai 100 ribu. Bulan Mei, kami buka pendaftaran untuk umum 30 ribu, yang register 250 ribu.

Jadi kami harus pilah-pilah. Kami buka pendaftaran rencana seminggu, dua hari sudah habis kuotanya.

Itu targetnya 100 ribu, 70 ribu itu berarti yang dari yayasan?

Target kami 30-40 ribu rumah dari ibu-ibu binaan kami, sisanya masyarakat luas. Tapi seiring waktu kayaknya bakal turun target ibu-ibu kami karena sebagian juga di Jawa Tengah yang listriknya cuma 450 Volt Ampere (VA). Mereka memang sudah dapat listrik gratis dari pemerintah.

Sehingga sekarang targetnya sekitar 20% untuk ibu-ibu binaan kami, dan 80% dari masyarakat luas.

PERPANJANG KEBIJAKAN BELAJAR DI RUMAH
Anak-anak belajar di rumah selama pandemi corona, kebutuhan listrik rumah tangga pun meningkat. (ANTARA FOTO/Anis Efizudin/foc.)

Soal targetnya daerah mana saja?

Ibu-ibu binaan kami ada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jabodetabek, dan Lampung. Itu yang 20%. Sementara 80% dari masyarakat umum yang datang dari seluruh Indonesia, 34 provinsi. Yang tertinggi itu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jakarta.  Kami juga ada puluhan dari Papua, Papua Barat, Maluku.

Ada kendala saat pendataan penerima donasi?

Banyak yang gugur saat tahap verifikasi. Mereka harus mengirimkan foto rekening listrik dan selfie bersama KTP.  Contohnya, donasi Light Up Indonesia ini hanya untuk pelanggan listrik 900 VA dan 1300 VA. Ada yang daftar untuk listrik 2200 VA, ada yang 11 ribu VA, coba-coba.

Kalau ketahuan, kami drop,. Yang nakal banyaklah intinya. Setelah itu dapat angka, kira-kira seminggu yang lalu, 41 ribu rekening yang kami masukkan ke PLN.

Dari 41 ribu yang mendaftar, bersihkan lagi jadi 35 ribu, lalu kami serahkan ke PLN. PLN bersihkan lagi, turun ke 30.455 yang akan dibayarkan bulan ini.

Kenapa turun?

Halaman:
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement