•  Kenaikan harga bitcoin mendorong lonjakan mata uang kripto lainnya. 
  • Beberapa fund manager berpendapat bitcoin sudah masuk bubble dan akan merosot tajam.
  • Bank sentral negara maju mulai menguji kelayakan penerbitan mata uang digital.

Mata uang kripto atau cryptocurrency tumbuh agresif pada tahun ini. Harga bitcoin terus bergerak menyentuh rekor baru.

Melansir dari Coindeks.com, bitcoin pada perdagangan hari ini, Rabu (14/4), berada pada kisaran US$ 60.432 hingga US$ 64.516 per koin. Angkanya dalam rupiah sekitar Rp 884,2 juta sampai Rp 944 juta per koin. 

Advertisement

Sentimen bullish tercermin pada pasar berjangka bitcoin. Harga berjangka uang kripto berkode efek BTC itu dengan harga pasar spotnya mendekati 50% untuk kontrak tiga bulan.

Itu artinya, lebih banyak pedagang berjangka mencari kenaikan. “Permintaan untuk bitcoin dan mata uang kripto tidak pernah setinggi ini,” kata kepala operasi di bursa crypto OKCoin Jason Lau, dikutip dari Coindesk.com.

Bitcoin merupakan mata uang kripto terbesar di dunia. Kenaikan harganya otomatis mendorong uang kripto lainnya. Ether dalam 24 jam terakhir sudah naik lebih 9% ke US$ 2.380,31 per koin. Lalu, ripple melonjak hampir 24% menjadi US$ 1,94 per koin.

Grafik Databoks di bawah ini menampilkan pergerakan harga bitcoin selama setahun sejak Januari 2020.  

Nasib berbeda justru terjadi pasar saham dalam negeri. Pada April 2021, nilai transaksi hariannya merosok menjadi hanya Rp 9 triliun. Padahal, pada Januari lalu sempat menembus level Rp 20 triliun. 

Pelaku pasar berspekulasi penurunan transaksi terjadi karena investor melarikan dananya dari saham ke mata uang kripto. Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai khawatir dengan kondisi tersebut.

“Secara pribadi, ada sedikit kekhawatiran dari saya. Walau saya belum tahu secara pasti seberapa besar penetrasi bitcoin di Indonesia,” kata Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Bursa Efek Indonesia (BEI) Laksono W Widodo pada Senin lalu.

Bursa belum memiliki pandangan terkait kehadiran mata uang digital. Secara regulasi, bitcoin belum dianggap sebagai instrumen finansial yang diakui Bank Indonesia. 

Bitcoin
Ilustrasi bitcoin. (Katadata)

Risiko Bubble Mata Uang Kripto

Kapitalisasi pasar cryptocurrency telah mencapai puncaknya pada awal bulan ini. Data pasar CoinGecko dan Blockfolio menunjukkan angkanya menyentuh US$ 2 triliun atau Rp 29.243 triliun. 

Perusahaan besar, termasuk Tesla, Paypal, dan TIME sudah menerima bitcoin dalam pembayaran dan investasinya. Hal ini juga yang mendorong sentimen positif mata uang kripto. 

Kenaikan tajamnya juga didorong investor yang mencari aset berimbal hasil tinggi di tengah suku bunga yang rendah. Namun, Reuters menuliskan, beberapa fund manager mengatakan bitcoin sudah masuk bubble dan akan merosot tajam.

Dalam survei Bank of America Manager Survey, sekitar 74% investor profesional berpendapat mata uang kripto hanyalah sebuah gelembung. Hanya 16% dari responden yang mengatakan tidak untuk pertanyaan tersebut.

Mengutip dari CNBC, survei tersebut dilakukan terhadap 200 panelis dengan aset kelolaan mencapai US$ 533 miliar. Para fund manager ini melihat bitcoin berada pada posisi kedua dalam daftar perdagangan paling ramai, setelah saham teknologi. 

Cryptocurrency juga berada jauh di depan mengungguli tren investasi di bidang lingkungan, sosial, dan tata kelola alias ESG. 

Bank investasi AS, Goldman Sachs dan Morgan Stanley, berencana menawarkan investasi mata uang kripto. Langkah ini diperkirakan bakal mendongkrak harga bitcoin. 

Trader Analysis Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan rencana tersebut membawa angin segar bagi pasar kripto. “Ini akan menambah kepercayaan diri mata uang kripto untuk meningkat pada 2021,” katanya. 

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin, Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement