• Presiden Jokowi tidak mau lagi ada pembangkit listrik tenaga uap baru dalam RUPTL 2021-2030.
  • Penambahan pembangkit energi terbarukan ditargetkan bakal lebih besar ketimbang PLTU.
  • Target pengesahan rencana umum penyediaan tenaga listrik terus meleset dari target awal tahun ini.

Rencana penyediaan tenaga listrik RUPTL periode 2021-2030 tak kunjung kelar. Target penyelesaian pada kuartal pertama tahun ini pun molor.

Pemerintah masih menyusun rencana yang menjadi patokan sektor listrik nasional tersebut. “Intinya draf RUPTL masih berproses, masih diskusi dan mengidentifikasi beberapa (hal),” kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana, Sabtu (29/5), dikutip dari Antara.

Ia menyebutkan banyak hal sudah pemerintah sepakati. “Tapi ada juga yang memerlukan arahan dari pimpinan,” ujarnya. 

Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu telah menginstruksikan agar tidak ada lagi penambahan proyek baru pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara. RUPTL 2021-2030 akan mengacu pada hal tersebut.

Khusus untuk proyek PLTU yang sudah dalam proses konstruksi dan kepastian pendanaan, Rida menyebut, masih akan masuk dalam RUPTL. Tujuan akhir pemerintah adalah mencapai nol emisi karbon atau net zero emission pada 2060.

Pembangkit listrik tenaga fosil selama ini menjadi penyumbang emisi karbon dioksida (CO2) terbesar dunia. Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan sebanyak 13,5 gigaton (Gt) emisi pada 2020 berasal dari listrik, seperti terlihat pada grafik Databoks di bawah ini.

Nah, listrik Indonesia mayoritas masih berasal dari PLTU. Kurang dari 10% merupakan pembangkit nonfosil yang minim emisi.

PLN masih dalam proses menyusun RUPTL itu. Rida mengatakan, porsi PLTU dengan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) akan 52% berbanding 48%. Dalam RUPTL sebelumnya, periode 2019-2028, perbandingannya adalah 70% dan 30%. Harapannya, target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025 dapat tercapai. 

Penambahan pembangkit listrik hingga satu dekade ke depan akan mencapai 41 ribu megawatt. Tahun ini, target penambahan kapasitasnya mencapai 8.915 megawatt. Sebesar 4.688 megawatt berasal dari PLTU mulut tambang. Lalu, 3.467 megawatt dari pembangkit listrik bertenaga gas.

Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyebut dengan besaran kapasitas terpasang saat ini mencapai 63 ribu megawatt, maka penambahan tersebut akan membuat total kapasitas terpasang mencapai 100 ribu megawatt.

Untuk energi terbarukannya bakal mencapai 16,1 megawatt. “Mendekati 40%, terdiri dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA), panas bumi (PLTP), dan energi terbarukan lainnya,” ucap Darmawan. 

UJI PRODUKSI SUMUR PLTP WAYANG WINDU
Ilustrasi pembangkit listrik panas bumi atau PLTP. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww.)

Porsi Energi Terbarukan Naik

Perubahan RUPTL sudah kerap terjadi setiap tahun. Sejak pemerintahan Jokowi pada 2014, dokumen teknis tersebut telah berganti setidaknya lima kali. Mulai dari periode 2015-2024, 2016-2025, 2017-2026, 2018-2027, dan 2019-2028.

Kenaikan porsi energi terbarukan baru terasa pada RUPTL 2016-2025. Ketika itu, pemerintah tidak hanya menetapkan kenaikan pembangkit panas bumi saja, tapi juga energi terbarukan lainnya sebesar 1,9 gigawatt. Sebelumnya, hal ini tidak direncanakan sama sekali.

Lalu, di periode berikutnya porsi energi terbarukan menjadi 22,6% dari total pembangkit listrik. Pada RUPTL 2018-2027 angkanya naik lagi menjadi 23%. Dan di rencana umum terakhir meningkat di 30%.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan, Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement