Prospek Harga Minyak dan Tren Investasi Energi

Pri Agung Rakhmanto
Oleh Pri Agung Rakhmanto
18 Februari 2023, 10:00
Pri Agung
Ilustrator: Betaria Sarulina

Dinamika keseimbangan pasokan-permintaan (supply-demand) pasar dan pergerakan harga minyak dunia sepanjang 2022 dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Pertama, konflik geopolitik di wilayah Eropa Timur, khususnya perang Rusia-Ukraina.

Kedua, kekhawatiran pasar terhadap adanya perlambatan ekonomi dan resesi global pada tahun 2023. Ketiga, kebijakan dan respon sejumlah negara, Cina khususnya, dalam menangani lanjutan pandemi Covid-19.

Sepanjang kuartal III dan kuartal IV 2022, harga minyak global tercatat berada pada tren menurun. Pada periode Juli sampai Agustus 2022 rata-rata harga minyak berada pada level US$ 90 sampai US$ 100 per barel.

Sedangkan pada periode November sampai Desember 2022, tercatat berada pada kisaran US$ 70 sampai US$  80 per barel. Level harga tersebut terpantau masih bertahan sampai dengan Februari 2023 ini. 

skk migas.jpg
Ilustrasi migas. (www.skkmigas.go.id)

Dinamika dan Prospek Harga Minyak

Merujuk pada berbagai data, diantaranya dari laporan OPEC (2023) dan Badan Energi Internasional/IEA (2022), secara umum dapat dikatakan, dinamika keseimbangan pasokan-permintaan minyak dunia diproyeksi akan berada pada kondisi yang relatif stabil. 

Di sisi supply, pasokan minyak global pada 2023 diproyeksi berada pada kisaran 101,10 juta barel per hari atau tumbuh sekitar 1,1 juta barel per hari dari tahun 2022. Pasokan minyak non-OPEC pada tahun ini diperkirakan tumbuh sebesar 1,5 juta barel per hari menjadi rata-rata 67,2 juta barel per hari.

Sejumlah negara yang diproyeksi menjadi pendorong utama pertumbuhan pasokan non-OPEC, antara lain Amerika Serikat, Norwegia, Brazil, Kanada, Kazakhstan dan Guyana. Di sisi lain, penurunan pasokan non-OPEC diperkirakan akan berasal dari Rusia dan Meksiko.

Produksi minyak Rusia diproyeksi turun menjadi 9,5 juta barel per hari pada 2023, dari 10,9 juta barel per hari pada tahun sebelumnya. Produksi minyak mentah OPEC diproyeksi sedikit mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,16 juta barel per hari pada 2023 menjadi rata-rata sekitar 29 juta barel per hari. 

Di sisi demand, permintaan minyak global diproyeksi tetap akan meningkat sebesar 1,9 juta barel per hari pada tahun ini menjadi sekitar 101,7 juta barel per hari. Optimisme pasar terhadap adanya peningkatan permintaan minyak global terutama dipengaruhi tren peningkatan permintaan minyak pada kuartal IV 2022. Khususnya berasal dari kelompok negara non-OECD, terutama Tiongkok dan India.

Peningkatan permintaan minyak pada kuartal IV 2022 dalam hal ini lebih banyak dipengaruhi karena berlanjutnya peningkatan aktivitas dan pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Cina, dalam hal ini, sebagai negara yang relatif masih bergelut dengan peningkatan kasus Covid-19 pun, dalam perkembangannya saat ini tidak lagi menerapkan kebijakan pembatasan aktivitas. 

Dari dinamika pasar dan angka-angka di atas, terdapat setidaknya tiga faktor utama yang akan berperan besar dalam mempengaruhi dan menentukan pergerakan harga minyak di tahun ini. Pertama, kondisi supply-demand yang secara fundamental berada kondisi relatif berimbang dan stabil.

Kedua,  di sisi supply, meski perang Rusia-Ukraina masih berlangsung, pasar tampak relatif lebih punya percaya diri (confidence). Disrupsi pasokan minyak secara drastis tidak akan atau kecil kemungkinannya untuk terjadi. Peningkatan pasokan bahkan tetap diproyeksikan akan berlangsung, meskipun secara terbatas.

Ketiga, di sisi demand, meskipun sentimen resesi ekonomi dan perlambatan ekonomi global terbukti telah mengoreksi harga minyak hingga berada di bawah US$ 90 per barel di kuartal akhir 2022, tetap tidak membuat permintaan minyak dunia menjadi berkurang. Permintaan minyak dunia diproyeksi akan tetap tumbuh meskipun dalam laju yang relatif terbatas.

Berpijak pada ketiga hal ini, dan sepanjang tidak terjadi kejadian luar biasa yang secara fundamental mengganggu keseimbangan supply-demand yang ada, harga minyak di sepanjang 2023 cukup berprospek untuk bergerak secara lebih stabil di kisaran US$ 80 hingga US$ 90 per barel.

Level tersebut berarti sedikit meningkat dibandingkan rentang harga US$ 70 sampai US$ 80 per barel yang terjadi di kuartal terakhir 2022. Namun, masih di bawah level rata-rata harga minyak di tahun 2022 secara keseluruhan yang mendekati US$ 100 per barel.  

Halaman:
Pri Agung Rakhmanto
Pri Agung Rakhmanto
Dosen di FTKE Universitas Trisakti, Pendiri ReforMiner Institute
Editor: Sorta Tobing

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...