• Di tengah larangan impor baju bekas, pedagangthrift daring mencoba berbagai strategi untuk menjaga bisnisnya.  
  • Pemerintah terus memburu pemasok baju dan sepatu bekas dari luar negeri.
  • Selain larangan impor baju bekas, UMKM lokal perlu mendapat dukungan pembiayaan murah.

Suara gerak roda troli sayup-sayup terdengar di tengah teriakan penjual yang menawarkan barangnya. Senin pagi itu (20/3), Pasar Senen tampak riuh dan ramai. Kondisi ini tak berbeda dengan hari-hari lainnya meskipun kabar buruk sedang melingkupi para pedagang baju bekas. 

Beberapa dari mereka terlihat berwajah masam sambil menyortir pakaian dari dalam karung. Ada pula penjual yang duduk diam sambil menunggu kedatangan pembeli. 

Advertisement

Dimas, bukan nama sebenarnya, sudah dua dekade hidup dari berdagang baju bekas di pasar itu. Ia mengaku cemas dengan nasib mata pencahariannya. "Sebenarnya sudah lama larangan jualan baju bekas di sini. Tapi dulu presidennya tidak turut campur. Sekarang sudah lampur merah Pasar Senen ini," ujarnya kepada Katadata.co.id.

Presiden Joko Widodo telah menyentil bisnis jual-beli barang pakaian bekas alias thrifting. Ia memerintahkan menterinya untuk mencari dalang di balik praktik penjualan impor baju bekas. "Sehari-dua hari seharusnya sudah ketemu. Ini mengganggu industri tekstil dalam negeri. Sangat mengganggu," kata Jokowi pada Rabu lalu.

Larangan impor baju bekas pun muncul. Tujuannya untuk melindungi industri kecil-menengah domestik. Produk IKM, menurut Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif, kini menjadi tidak laku dijual dibandingkan pakaian bekas impor. "Padahal kualitas dan produk dalam negeri lebih baik," ucapnya. 

Data Badan Pusat Statistik alias BPS menunjukkan, nilai impor baju bekas dan barang tekstil bekas dalam lima tahun terakhir sebenarnya cenderung turun. Volume dan nilai impornya  sempat memuncak pada 2019.

Namun, angkanya turun drastis pada 2020 seiring dengan munculnya pandemi Covid-19. Sepanjang 2022, nilai impor pakaian bekas terbesar berasal dari Australia, yakni US$ 225.941 atau sekitar Rp3,5 miliar.

Nilai impor terbesar berikutnya datang dari Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Tiongkok, Prancis, Thailand, Belanda, dan Inggris seperti terlihat pada grafik. Berikut datanya, dirangkum dalam Databoks:

 

LARANGAN IMPOR PAKAIAN BEKAS
Larangan impor pakaian bekas. (ANTARA FOTO/Andri Saputra/nz)

Upaya Thrifting Daring Selamatkan Bisnisnya

Bukan hanya pedagang thrifting di pasar yang terkena imbas. Penjual baju bekas impor di platform jual-beli daring sudah mulai merasakan pengaruh pelarangan tersebut. Lamo, bukan nama sebenarnya, sudah mulai melakukan langkah antisipasi.

Dalam penuturannya pada Katadata.co.id, Lamo mulai berdagang pakaian bekas sejak 2021 di Carousell, Instagram, dan Facebook. Sejak 2017, ia sebenarnya menjual pakaian jadi tapi  beralih ke pakaian bekas lantaran sedang digandrungi masyarakat.

Biasanya, ia mengambil barang dari live sale di berbagai platform media sosial. Selain itu, ia juga melakukan teknik “pecah kawat”.  Dengan metode ini, penjual datang ke sentra penjualan partai besar saat sedang membuka bal pakaian bekas.

Dari situ, seorang pedagang membeli dengan harga rata, namun ada minimal pembelian. “Pecah kawat ini biasa aku pakai untuk jual paket usaha di tokoku,” katanya.

Meski dirinya bukan tangan pertama barang bekas impor tapi ia kerap menjual dalam jumlah menengah ke pembeli alias reseller. Barang yang tidak laku lebih dari tiga bulan, ia jadikan bonus di paket usaha. Dengan begitu, Lamo tidak menimbun barang dagangannya menjadi limbah pakaian.

Dalam sebulan, ia bisa mengeluarkan modal Rp 7 juta dan memperoleh keuntungan kotor dua kali lipat. Sisa uangnya ia gunakan untuk mencoba membeli jenis barang baru, atau mengikuti acara thrifting.

Kendati bisnisnya moncer, Lamo mengatakan tidak masalah bila pemerintah melarang penjualan baju bekas impor. Setiap barang, menurut dia, sudah punya pasarnya masing-masing. Thrifting menyasar anak muda yang ingin barang unik.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement