• Elektabilitas Ganjar Pranowo dan PDIP anjlok setelah Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U20.
  • Sehari setelah FIFA mencabut status tuan rumah, Jokowi memberi sinyal membentuk koalisi besar bersama lima partai, tanpa PDIP.
  • Kemunculan koalisi besar riuh dikaitkan dengan mundurnya dukungan Jokowi untuk Ganjar Pranowo.

Elektabilitas kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Ganjar Pranowo, longsor pada bulan lalu. Laporan terbaru Lembaga Survei Indonesia alias LSI menunjukkan keterpilihan Ganjar dan partai yang mengusungnya menurun.

Padahal, sebelumnya, nama Gubernur Jawa Tengah itu kerap bercokol di posisi puncak survei elektabilitas Pilpres 2024 . “Ada perubahan urutan untuk pertama kalinya sejak satu tahun terakhir,” kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan dalam paparannya, Minggu (9/3).

LSI menyampaikan ada kemungkinan penurunan ini terkait dengan pernyataan Ganjar pertengahan bulan lalu. Ia menolak tim nasional sepak bola Israel berlaga di Piala Dunia U-20 yang akan diselenggarakan di Indonesia pada Mei nanti.

Imbas keputusan itu, Federasi Sepak Bola Internasional atau FIFA mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah. Berbagai pihak lalu mengklaim Ganjar Pranowo sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas kegagalan tersebut. 

Ganjar yang elektabilitasnya mencapai 35% pada survei LSI Februari lalu, kini harus berpuas diri di angka 26,9%. Posisinya digantikan oleh Prabowo Subianto yang memperoleh berkah elektoral.

Elektabilitas Menteri Pertahanan tersebut naik dari 26,7% pada Februari, menjadi 30,3% pada April 2023 seperti ditampilkan Databoks  berikut:

Wacana Koalisi Besar untuk Pemilu 2024

Sehari setelah FIFA mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia, Presiden Joko Widodo melakukan silaturahmi. Bukan kunjungan persahabatan biasa, Kepala Negara bertemu dengan pimpinan lima partai politik pendukung pemerintah di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional alias PAN

Dalam pertemuan tersebut hadir pula para ketua umum lima partai. Mulai dari Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mardiono, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. 

Ada dua ketua umum partai pendukung pemerintah yang tidak datang ke lokasi. Keduanya adalah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh.

Zulkifli Hasan menyatakan kedua petinggi ini diundang, tapi tidak hadir karena berada di luar negeri. Sedangkan Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali menyebut sebaliknya.“Kebetulan kali ini tidak diundang. Kami tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Menurut saya, pasti baik untuk bangsa,” ujar Ahmad Ali saat dikonfirmasi Katadata.co.id

Saat ini partai-partai pendukung pemerintah terbagi dalam tiga koalisi menyongson Pemilu 2024. Golkar, PAN, dan PPP tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu. Gerindra dan PKB bergabung dalam Koalisi Indonesia Raya.

Terakhir, NasDem bersama dua partai oposisi, yakni Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), bergabung dalam Koalisi Perubahan. Berikut perbandingan suara masing-masing koalisi:

Jokowi dan para ketua umum tersebut menggelar pertemuan terbatas. Setelah itu, Prabowo Subianto mengatakan ada kesamaan pemikiran dengan empat ketua umum lain terkait pemilihan presiden 2024. "Kami masuk timnya Pak Jokowi semua sekarang,” ujarnya.  

Presiden pun turut bicara terkait kecocokan antara tiga koalisi ini untuk menjadi satu koalisi besar. Namun, keputusan akhir ada di tangan ketua umum partai politik. “Cocok. Saya hanya bilang cocok. Terserah kepada ketua-ketua partai atau gabungan keetua partai,” kata Jokowi. 

Presiden Joko Widodo berbincang dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto
Presiden Joko Widodo berbincang dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (Instagram Prabowo Subianto)

Ganjaran Jokowi untuk Ganjar

Munculnya wacana koalisi besar yang berdekatan dengan keutusan FIFA atas Indonesia riuh dikaitkan oleh berbagai pihak. Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin berpendapat dua hal ini berkaitan.

Ketidakhadiran Megawati dan Surya Paloh dalam pertemuan semakin memantapkan perubahan peta koalisi menuju Pemilu 2024. Ada alasan, menurut Ujang, di balik absennya mereka dalam silaturahmi di DPP PAN, alih-alih sedang berada di luar negeri.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement