• Hasil survei menunjukkan saling salip nama-nama cawapres terus terjadi tapi partai masih berstrategi untuk keputusan finalnya.
  • Elektabilitas Ridwan Kamil dalam beberapa survei terlihat menempati posisi puncak. 
  • Berbagai nama cawapres potensial berada di lingkaran Jokowi.

Babak baru Pilpres 2024 muncul. Bursa calon wakil presiden memanas usia muncul tiga poros calon presiden, yaitu Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang menguasai parlemen dan berada di pemerintahan tampak percaya diri. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengatakan banyak nama yang mengantre sebagai pendamping kadernya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. 

"Banyak kok. Saya sudah punya di sini. Berapa tuh? Sepuluh apa piro? Lebih," kata Megawati usai pertemuan dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di kantor PDIP, Minggu (30/4). "Ya nanti kan mengerucut sendiri, tetapi oleh pikiran saya."

Presiden Joko Widodo sebelumnya telah menyebut tujuh nama cawapres pendamping Ganjar. Nama-nama itu adalah Erick Thohir, Sandiaga Uno, Mahfud MD, dan Ridwan Kamil, Muhaimin Iskandar, Airlangga Hartarto, hingga Prabowo Subianto.

Partai Gerakan Indonesia Raya alias Gerindra telah bulat mengusung Prabowo menjadi capres. Opsi menjadikan ketua umum partainya, yang menjabat sebagai menteri pertahanan, tersebut menjadi cawapres tampaknya sudah tertutup. 

Prabowo pada pekan lalu mengatakan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) memiliki posibilitas yang mantap sebagai cawapres yang diusung Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. "Ya, kalian kan bisa lihat dari body language. Pokoknya mantap," ucap Prabowo.

Sedangkan Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang dideklarasikan oleh Partai Nasional Demokrat (NasDem), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat sudah mengumpulkan lima nama cawapres. Keputusan finalnya, koalisi ini menyerahkan kepada capresnya, yaitu mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan. 

PDI PERJUANGAN TETAPKAN GANJAR PRANOWO CALON PRESIDEN 2024
PDI PERJUANGAN TETAPKAN GANJAR PRANOWO CALON PRESIDEN 2024 (ANTARA FOTO/Monang/mrh/YU)
 

Aspek Pertimbangan Cawapres

Peneliti Indikator Politik Bawono Kumoro melihat bursa cawapres mulai kompetitif. Hasil survei sudah menunjukkan saling salip antara calon tapi masih belum ada hilal nama yang akan diusung masing-masing partai. 

Ada dua alasan, menurut dia, mengapa partai masih belum memasukkan nama cawapres untuk Pemilu 2024. Pertama, agar lawan tidak membaca strategi partai dalam Pilpres 2024. “Masih wait and see sepertinya,” kata Bawono pada Katadata, kemarin.

Kedua, posisi kosong ini sengaja digunakan sebagai bahan komunikasi politik. Misalnya, komunikasi intensif yang dilakukan Golkar dengan Demokrat dan Gerindra. Bawono menilai Golkar sedang bimbang karena PPP sebagai salah satu partai koalisinya justru mendukung Ganjar Pranowo selaku calon presiden dari PDIP.

“Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) bisa maju secara presidensial karena jumlah suaranya cukup, tapi mereka tidak punya tokoh yang bisa bersaing secara elektoral," ucap Bawono. "Karena itu, Golkar mendekati Demokrat untuk nego, boleh tidak wakil presidennya Anies itu Airlangga Hartarto (Ketua Umum Golkar) saja, bukan AHY (Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono)?” 

BUKA PUASA BERSAMA PARTAI NASDEM
BUKA PUASA BERSAMA PARTAI NASDEM (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/tom.)

Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam menyebut ada beberapa kriteria yang calon presiden harus pertimbangkan dalam memilih wakilnya. Kriteria tersebut antara lain:

1. Aspek elektabilitas

Sejauh ini, menurut Umam, belum ada satu capres dan cawapres yang mendominasi. Sebab belum ada calon dengan tingkat elektabilitas 60%, nilai yang dianggap aman untuk maju ke Pemilu. 

Namun, satu hal yang harus diperhatikan adalah dinamika latar belakang. Ia mencontohkan Ganjar yang termasuk memimpin reli elektabilitas, justru mengalami penurunan elektabilitas pasca isu penolakan tim Israel World Cup U-20. “Artinya, elektabilitas bisa berubah, tergantung input informasi di masyarakat,” katanya.

2. Aspek ideologis

Ada sebuah formula umum yang kerap dipakai dalam pemilu, yaitu menggabungkan dua calon dari ideologi berbeda. Apabila dua latar belakang yang sama digabungkan, misal sesama nasionalis dan sesama partai Islam, maka basis pemilih loyal akan tereduksi.

Bila figur partai nasionalis digabung dengan figur partai Islam, ada potensi basis pemilih akan makin kuat. Namun, formula ini bukanlah rumus utama. Saat Pemilu 2004, Megawati yang berpasanganan dengan KH Hasyim Muzadi kalah. Padahal Megawati berlatarbelakang partai nasionalis sementara Muzadi adalah ketua umum Nahdlatul Ulama (NU) selama dua periode. 

3. Aspek logistik

Baik calon presiden dan calon wakil presiden harus memiliki modal materi yang cukup untuk berlaga di Pemilu. 

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement