Era Baru Bursa Kripto Indonesia
Setelah menunggu lebih dua tahun, Kementerian Perdagangan dan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi akhirnya meluncurkan bursa kripto pada Jumat (28/7). Bursa ini akan bergerak di bawah nama PT Bursa Komoditi Nusantara atau Commodity Future Exchange (CFX).
Kepala Bappebti Kemendag Didid Noordiatmoko mengakui sempat mendapat kritik karena pendirian bursa dinilai terlambat. “Saya sepakat harusnya dari dulu, tapi dulu kami belum siap. Nah, sekarang kami sudah siap,” kata Didid pada Maret lalu.
Merujuk data Bappebti setahun terakhir, nilai transaksi kripto paling tinggi terjadi pada Juli 2022, dengan nilai Rp 20,4 triliun. Nilainya terus berfluktuasi hingga Juni lalu tinggal Rp 8,97 triliun.
Hal berbeda ditunjukkan dengan jumlah investor kripto yang nilainya terus meningkat setahun belakangan, meski pertambahannya tidak semasif dulu. Jumlah investor kripto Tanah Air meningkat 16% menjadi 17,54 juta orang per Juni 2023 dibandingkan periode yang sama 2022.
Meski iklim investasi kripto tidak seramai tahun lalu, Didid menjelaskan justru ini adalah momen yang tepat untuk menyiapkan fasilitas pendukung. Ia juga optimistis transaksi kripto bakal naik, berdasar perhitungan Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia alias Aspakrindo.
Saat peluncuran akhir Juli lalu, CFX mencatat sudah ada 23 calon pedagang aset kripto yang tergabung dalam bursa kripto Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Ajaib, Tokocrypto, Pintu, Pluang, dan Indodax.