Harga Minyak Naik 4% Imbas Ulah OPEC, Brent Tembus US$ 88 per Barel
Harga minyak acuan dunia menunjukkan kenaikan pada perdagangan Selasa pagi (4/10), sejalan dengan rencana Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak beserta sekutunya (OPEC+) memangkas produksi hingga 1 juta barel per hari.
Minyak mentah acuan global, Brent untuk kontrak pengiriman November pagi ini harganya terpantau bergerak naik 4,37% ke level US$ 88,86 per barel. Sedangkan, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) sedikit terkoreksi 0,33% ke level US$ 83,36 per barel.
Harga minyak dunia kembali mencatatkan reli di awal Oktober ini setelah beberapa pekan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan dalam pertemuan besok, OPEC+ diperkirakan akan menyetujui rencana pemangkasan produksi minyak global.
Pada akhir bulan lalu, Rusia juga telah mengusulkan pengurangan produksi minyak 1 juta barel per hari. Rusia juga disebut sedang mempertimbangkan akan mengurangi produksi yang lebih besar.
"Apa pun yang kurang dari 500.000 barel per hari akan diabaikan oleh pasar. Oleh karena itu, kami melihat peluang signifikan penurunan sebesar 1 juta barel per hari," kata analis ANZ, seperti dikutip Reuters, Selasa (4/10).
Pemangkasan produksi minyak hingga 1 juta barel per hari akan berimbas pada harga minyak global, meskipun OPEC+ telah melampaui targetnya lebih dari 2 juta barel per hari setidaknya sejak Juni.
Sebabnya, harga minyak telah meningkat tajam sejak tahun lalu karena permintaan minyak pulih lebih cepat dari yang diperkirakan setelah penguncian wilayah pandemi di sejumlah negara, ini menyebabkan harga minyak sempat kehilangan sekitar seperempat nilainya selama kuartal ketiga.
"Alasan utamanya adalah prospek ekonomi dunia yang semakin suram karena inflasi terus menekan ekonomi dan bank sentral menjadi agresif untuk mengendalikannya, mempertaruhkan resesi," tulis laporan Reuters.
Sementara itu, masalah inflasi dunia bisa menjadi lebih buruk jika OPEC+ memangkas produksi secara substansial. "Pemotongan akan mendorong harga lebih tinggi, menambah beban inflasi dan secara efektif meningkatkan risiko resesi," tulis Wall Street Journal.
Pada saat yang sama, pengurangan produksi akan berarti lebih banyak kapasitas cadangan dan ini berarti tekanan turun pada harga jangka panjang.
"Jika OPEC+ memutuskan untuk memangkas produksi dalam waktu dekat, peningkatan yang dihasilkan dalam kapasitas cadangan OPEC+ kemungkinan akan memberi lebih banyak tekanan ke bawah pada harga jangka panjang," kata konsultan FGE.