Bank Jago Akhirnya Cetak Laba Bersih Rp 86 Miliar, Kredit Melejit 491%
Setelah dua tahun bertransformasi menjadi bank digital, PT Bank Jago Tbk (ARTO) berhasil meraup laba bersih Rp 86 miliar di 2021. Hal ini ditopang oleh pertumbuhan kredit yang agresif, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di level rendah, dan struktur biaya dana yang membaik.
“Pencapaian laba pada 2021 merupakan permulaan dari bisnis Bank Jago. Dengan pondasi yang telah kami bangun dalam dua tahun ini, kami percaya pertumbuhan ke depan akan semakin solid dan cepat,” kata Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar dalam keterangan resminya, Jumat (11/3).
Bank Jago menyalurkan kredit sebesar Rp 5,37 triliun sepanjang tahun lalu atau meningkat 491% dari akhir 2020 sebesar Rp 908 miliar. Pertumbuhan kredit yang tinggi juga mendorong pendapatan bunga meningkat 624% menjadi Rp652 miliar. Sementara itu beban bunga terkerek 147% menjadi Rp 63 miliar.
Dengan demikian pendapatan bunga bersih tercatat Rp 590 miliar atau tumbuh 812%. Kemudian, net interest margin (NIM) berada di angka 7,4%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,7%. Selain itu, Bank Jago juga meraih fee based income sebesar Rp 56 miliar, tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kharim menjelaskan, pertumbuhan kredit yang signifikan juga didorong oleh model bisnis yang tepat dan kolaborasi dengan ekosistem digital, yang membuat ekspansi bisa dilakukan secara cepat, efisien, dan pengelolaan risiko yang lebih terkendali.
"Hal ini tercermin pada rasio kredit bermasalah yang berada di level 0,6%. Kolaborasi merupakan cara kami dalam melayani nasabah usaha mikro, kecil, dan menengah serta masyarakat luas dan ritel secara efektif dan cepat," kata dia.
Sebagai informasi, selama 2021 Bank Jago telah berkolaborasi dengan sejumlah fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan digital lainnya dalam kerja sama pembiayaan (partnership lending). Hal ini melengkapi integrasi Bank Jago dengan super app Gojek, aplikasi reksadana online Bibit, dan platform trading online Stockbit.
Sepanjang tahun lalu, Bank Jago juga mencatat jumlah nasabah funding mencapai 1,4 juta orang. Kemudian, total dana pihak ketiga (DPK) pada akhir 2021 mencapai Rp 3,68 triliun, meningkat 357% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Kharim, kemampuan menekan beban bunga tak lepas dari kehadiran aplikasi Jago yang diluncurkan pada April 2021. Berkat aplikasi Jago, dana murah atau current account savings account (CASA) yang dihimpun mencapai Rp 1,68 triliun, meningkat 667% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, deposito meningkat 242% menjadi Rp2 triliun.
Pencapaian tersebut membuat porsi CASA terhadap total DPK meningkat, dari 27,2% pada akhir 2020 menjadi 45,6% pada akhir 2021. Sebaliknya, porsi deposito menyusut dari 72,8% pada akhir 2020 menjadi 54,4% pada akhir 2021.
"Peningkatan dana murah merupakan hasil dari penerimaan publik terhadap aplikasi Jago sebagai solusi keuangan digital yang berfokus pada kehidupan," ujar dia.
Lebih lanjut, hingga akhir 2021 Bank Jago mencatatkan total aset sebesar Rp 12,31 triliun, tumbuh 465% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perseroan juga mencatatkan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 170%, yang mencerminkan modal yang kuat untuk mendukung ekspansi tahun-tahun mendatang.