Multipolar (MLPL) Raup Laba Rp 201 Miliar Setelah Merugi Sejak 2017
Perusahaan investasi yang dimiliki Grup Lippo, PT Multipolar Tbk (MLPL) membukukan perolehan laba bersih sebesar Rp 201,25 miliar pada 2021. Kinerja keuangan tersebut berbalik ke teritori positif setelah perusahaan mencatatkan kerugian sebesar Rp 793,09 miliar di tahun sebelumnya dan menandai perolehan laba untuk pertama kalinya sejak 2017 lalu.
Kerugian itu disebabkan karena bisnis ritel MPC terkena dampak penutupan sementara dan pembatasan jadwal operasional gerai-gerainya dalam mendukung upaya pemerintah membatasi penyebaran virus Covid-19.
Seiring dengan pertumbuhan laba bersih, perseroan juga membukukan kenaikan penjualan bersih pada 2021 sebesar 0,38% menjadi Rp 10,31 triliun dari sebelumnya Rp 10,27 triliun.
Bisnis teknologi dan digital MLPL, di antaranya PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) dengan layanan IT system integration dan managed services, serta Ventura dengan investasi multisektoral regional dalam bisnis tahap awal, menyumbang keuntungan yang signifikan.
MLPT membukukan pertumbbuhan pendapatan hampir Rp 3 triliun atau naik 11,6% dari tahun 2020 sebesar Rp 2,68 triliun, dan laba bersih sebesar Rp 259 miliar atau naik 50,2% dari perolehan laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp 172,53 miliar.
"MLPT bersama dengan anak-anak perusahaannya, dengan titik-titik layanan pelanggan yang tersebar di banyak pelosok Indonesia, terus mengembangkan bisnisnya dalam bidang cloud computing, big data, artificial intelligence dan layanan berbasis teknologi lainnya," kata CEO dan Presiden Direktur MLPL Adrian Suherman dalam keterangan resminya, dikutip Senin (4/4).
Sementara itu, segmen bisnis ritel MLPL juga menunjukkan perbaikan kinerja pada tahun lalu. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) melaporkan penjualan kotor sebesar Rp 10,3 triliun dan laba bersih sebesar Rp 913 miliar, berbalik drastis dari kerugian bersih sebesar Rp 873 miliar di tahun 2020.
Selain itu, LPPF juga telah melunasi seluruh pinjamannya per akhir tahun 2021, setelah mencatatkan saldo pinjaman sebesar Rp 1 triliun per akhir 2020.
Kemudian, unit bisnis ritel lainnya, yakni PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) telah menyelesaikan rights issue di bulan Desember 2021 dan berhasil memperoleh dana sebesar Rp 720 miliar. Adapun, dana tersebut digunakan untuk memperkuat neraca keuangannya secara substansial, serta menyediakan modal yang cukup untuk rencana pertumbuhan bisnisnya.
"MPPA dan LPPF juga terus melanjutkan ekspansi jaringan omnichannel-nya melalui platform digital yang dimiliki sendiri, serta ratusan toko online di berbagai marketplace," kata dia.
Di bidang fintech, PT Bank Nobu Tbk (NOBU) tengah berakselerasi dalam evolusinya ke arah digital banking. NOBU telah meluncurkan aplikasi NobuNEO di tahun 2021, serta menambah fitur-fitur dan meningkatkan kapabilitas perbankannya dalam menyediakan layanan digital lengkap kepada para nasabahnya.
Lebih lanjut, Adrian mengatakan, penambahan modal perseroan yang dilakukan melalui rights issue sebanyak 1,99 miliar saham Seri C berjalan sesuai rencana, dan ditargetkan selesai pada April mendatang. Hasil penambahan modal tersebut akan digunakan untuk membiayai strategi pertumbuhan perseroan melalui investasi dan akuisisi, serta memperkuat neraca keuangan perseroan.
"MLPL berada dalam posisi yang unik dalam menangkap peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya. Dengan pencapaian tahun 2021, kami bertekad untuk terus mengeksekusi strategi-strategi bisnis dan meningkatkan nilai para pemegang saham kami," ujarnya.
Pada perdagangan awal pekan ini, harga saham Multipolar sempat menguat ke level Rp 242 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 3,57 triliun. Namun, bila dilihat sejak awal tahun, saham MLPL masih terkoreksi 37,30%.