Tutup Gerai Giant, Pendapatan Hero Anjlok 22% jadi Rp 3,48 T di 2021
Perusahaan pengelola jaringan ritel Hero dan IKEA, PT Hero Supermarket Tbk (HERO) mencatatkan penurunan pendapatan di akhir 2021. Pendapatan perseroan di Desember 2021 turun sebesar 22,20% menjadi Rp 3,48 triliun dari sebelumnya Rp 4,47 triliun pada periode September 2021 imbas penutupan gerai Giant pada Desember lalu.
“Ini disebabkan oleh penyajian operasi bidang usaha Giant yang dihentikan pada Desember 2021, di mana secara laporan keuangan disajikan dalam catatan tersendiri, sehingga terlihat penurunan nilai pendapatan dibandingkan kuartal III/2021,” kata Sekretaris Perusahaan Hero Supermarket Iwan Nurdiansyah dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, dikutip Senin (18/4).
Perseroan mengungkapkan adanya aset tidak lancar di dalam laporan keuangan konsolidasian 30 September 2021 sebesar Rp 152,73 juta yang berasal dari penutupan gerai Giant. Perseroan tidak menyajikan pengungkapan terpisah atas akun tersebut dikarenakan jumlahnya setara 3% dari total aset sebesar Rp 4,52 triliun.
Iwan menjelaskan, berdasarkan kajian dan pertimbangan manajemen sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 58, operasi Giant baru diklasifikasikan sebagai operasi yang dihentikan sejak kuartal IV/2021. Hal itu dikarenakan, pada periode tersebut penyelesaian atas sebagian besar aktivitas-aktivitas dan biaya terkait dengan penutupan operasi Giant telah selesai dilakukan.
"Adapun aktivitas dan biaya terkait tersebut adalah biaya konsultan, negosiasi dengan tenant, finalisasi rencana penjualan, penyewaan atau pengembalian kepada landlord atas properti-properti terkait operasi Giant," kata Iwan.
Ia mengatakan, pencantuman akun penutupan operasi Giant berdampak pada semua akun neraca yang berhubungan dengan usaha Giant. Beberapa akun yang terdampak signifikan adalah piutang usaha, utang usaha, persediaan, aset tetap, aset tersedia untuk dijual, biaya dibayar dimuka, akrual, provisi, dan liabilitas sewa.
Sebagaimana diketahui, pada Mei 2021 perseroan mengumumkan akan mengalihkan operasi bisnisnya dari merek Giant dengan meningkatkan investasi pada merek IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket. Enam gerai Giant telah dikonversi menjadi toko Hero Supermarket. Selain itu, IKEA membuka toko pertamanya di luar Jawa, yakni konversi toko Giant di Bali.
Sepanjang 2021, perseroan membukukan kerugian sebesar Rp 964 miliar, termasuk kerugian sebesar Rp 32 miliar terkait dengan operasional Giant yang dihentikan. Selain itu, Kinerja IKEA juga dipengaruhi oleh pembatasan pandemi Covid-19, yang mengakibatkan hilangnya perdagangan setara lebih dari 130 hari dikarenakan adanya penutupan toko, pembatasan kapasitas operasi toko, dan pembatasan makan di tempat.
Begitu pun dengan Guardian dan Hero Supermarket, di mana kedua lini usaha Hero Grup tersebut juga dipengaruhi oleh pembatasan akibat pandemi Covid-19 dan perubahan perilaku konsumen yang beralih kepada kebiasaan berbelanja online.
"Kami optimistis dengan kehati-hatian, bahwa kondisi perdagangan akan membaik pada tahun ini, mengikuti peningkatan kinerja selama paruh kedua tahun 2021. Kami percaya bahwa keberhasilan pelaksanaan program transformasi bisnis telah memperkokoh fondasi perseroan untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang yang kuat di Indonesia," kata Presiden Direktur HERO, dalam keterangan resminya, dikutip Senin (14/4).