Laba Emiten Bank Kakap Melesat di 2022, Simak Rekomendasi Sahamnya

Syahrizal Sidik
30 Januari 2023, 11:08
Laba Emiten Bank Kakap Melesat di 2022, Simak Rekomendasi Sahamnya
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/tom.
Nasabah melakukan transaksi di Anjungan Tunai Mandiri kawasan Jakarta Selatan. Analis memproyeksikan, kinerja keuangan emiten bank akan positif di 2022.

Beberapa bank besar telah melaporkan kinerja keuangannya sepanjang tahun 2022. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), misalnya melaporkan kenaikan perolehan dari sisi laba bersih sebesar 29,6% secara tahunan menjadi Rp 40,7 triliun di tahun 2022.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja mengatakan kendati menghadapi tantangan ketidakpastian perekonomian global, BCA melihat momentum bisnis di Indonesia kembali bertumbuh.

"Sejumlah event strategis di 2022, di antaranya berdampak positif bagi kinerja perseroan, salah satunya peningkatan portofolio KPR hingga menembus Rp 108 triliun untuk pertama kalinya,” kata Jahja dalam paparan kinerja secara daring, Kamis (26/1).

BCA mencatat pemulihan permintaan kredit seperti kredit korporasi yang naik 12,5% YoY menjadi Rp 322,2 triliun di Desember 2022. Sementara kredit komersial dan UKM meningkat 10,1% YoY mencapai Rp 210,2 triliun. Adapun, KPR tumbuh 11,0% YoY menjadi Rp 108,3 triliun.

Sementara itu, KKB naik 13,6% YoY menjadi Rp 46,1 triliun, mampu meningkat dari penurunan di tahun sebelumnya. Saldo outstanding kartu kredit juga tumbuh 13,4% YoY menjadi Rp 13,8 triliun. Lalu, total portofolio kredit konsumer tercatat naik 11,7% YoY menjadi Rp 171,3 triliun.

Secara keseluruhan, total kredit BCA naik 11,7% YoY menjadi Rp 711,3 triliun di Desember 2022, lebih tinggi dari target pertumbuhan 8%-10%. Penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan tumbuh 14,9% YoY mencapai Rp 183,2 triliun di Desember 2022, berkontribusi hingga 25,4% terhadap total portofolio pembiayaan BCA.

Dari sisi rasio loan at risk (LAR) BCA turun ke 10% di tahun 2022, dibandingkan 14,6% di tahun 2021. Rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat sebesar 1,7% di 2022, turun dari 2,2% di tahun sebelumnya. Sementara itu, CASA naik 10,6% YoY mencapai Rp847,9 triliun per Desember 2022.

Bank berkapitalisasi pasar besar lainnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp 18,31 triliun sepanjang 2022. Angka ini naik hingga 68% dibandingkan laba bersih tahun sebelumnya.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, realisasi laba bersih tersebut lebih tinggi dari yang diestimasikan. Bahkan, realisasi ini jauh di atas pencapaian sebelum pandemi dan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah BNI.

Total kredit yang disalurkan di tahun 2022 telah mencapai Rp 646,19 triliun, tumbuh di atas target awal perusahaan yaitu mencapai 10,9% secara tahunan, diikuti dengan net interest margin (NIM) yang terjaga di posisi 4,8%.

"Pertumbuhan kredit yang sehat ditopang oleh ekspansi bisnis dari debitur top-tier dan bisnis turunannya yang berasal dari value chain debitur,” ujar Royke dalam Paparan Kinerja Keempat 2022, Selasa (24/1).

Sebagai informasi, pada tahun 2019 atau sebelum masa pandemi Covid-19, laba bersih BNI mencapai Rp 15,3 triliun. "Kredit kami tumbuh 10,9% secara tahunan dengan sumber pertumbuhan dari nasabah yang tentunya berkualitas baik," lanjut Royke.

Penyaluran kredit yang dilakukan secara selektif ini, berdampak pada perbaikan kualitas aset. Di mana rasio loan at risk (LAR) BNI turun dari 23% menjadi 16% dan tingkat biaya kredit turun dari 3,3% menjadi 1,9% di tahun 2022. Dari sisi likuiditas, BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan dana murah atau CASA yang kuat sebesar 10,1% secara tahunan.

Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) baru menjadwalkan melaporkan kinerja keuangan tahun 2022 pada Selasa besok (31/1). Sekadar gambaran, pada kuartal ketiga tahun lalu, laba Bank Mandiri tercatat naik 59,4% menjadi Rp 30,7 triliun. Sedangkan, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tercatat membukukan laba bersih senilai Rp 39,31 triliun pada kuartal ketiga 2022, naik 103,3% secara tahunan.

Proyeksi Saham

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Rifqi Satria Dinandra, dalam risetnya mengungkapkan, kinerja keuangan BNI dan BCA turut menjadi katalis positif bagi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang pada pekan lalu menguat sebesar 0,3%.

"Kedua emiten besar ini telah membaik. Ekspektasi kita bank-bank lainnya [kinerjanya] juga akan positif," ucap Rifqi, Senin (30/1).

Untuk pekan ini, Rifqi juga menyebut sentimen lainnya yang juga menggerakkan indeks ialah ekonomi Amerika Serikat di kuartal keempat tahun lalu tumbuh 2,9% secara tahunan.

Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan konsensus 2,6%. Belanja konsumen yang merupakan 68% dari PDB juga naik 2,1% atau lebih rendah dari sebelumnya 2,3%. "Ekonomi Amerika yang terus tumbuh jadi berita baik bagi ekonomi Indonesia," ujarnya.

Sementara itu terkait sentimen minggu ini, Rifqi menjelaskan, ada 2 sentimen yang sebaiknya dicermati investor yakni inflasi & PMI Manufaktur Indonesia dan suku bunga AS.

Indo Premier merekomendasikan pembelian harga saham emiten bank untuk BBCA di level support: 8.500, resistance: 9.000, BBNI support: 9.325, resistance: 9.950, BMRI support: 9.700 dan resistance: 10.550.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail, Zahwa Madjid
News Alert

Dapatkan informasi terkini dan terpercaya seputar ekonomi, bisnis, data, politik, dan lain-lain, langsung lewat email Anda.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui Kebijakan Privasi kami. Anda bisa berhenti berlangganan (Unsubscribe) newsletter kapan saja, melalui halaman kontak kami.
Advertisement

Artikel Terkait