Ditopang Fintech, AUM Reksa Dana Diprediksi Capai Rp 1.000 Triliun

PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis dana kelolaan (asset under management/AUM) di industri reksa dana akan tumbuh pesat dalam tiga tahun ke depan. Nilainya diprediksi akan mencapai Rp 1.000 triliun di 2027 mendatang. 

M. Arief Maulana, Head of Wealth Management Mirae Asset, mengatakan ada dua faktor utama pendorong pertumbuhan industri reksa dana. Pertama, yaitu inovasi teknologi informasi(information technology/IT) dari pelaku pasar modal dengan bertumbuhnya industri fintech dan kedua kondisi masyarakat yang semakin melek teknologi selepas pandemi.

“Kami meyakini target industri reksa dana Rp 1.000 triliun pada 2027 akan mudah tercapai, bahkan bisa lebih cepat lagi dengan inovasi IT,” kata Arief (9/2) di Jakarta.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan industri reksa dana Rp 504 triliun tahun lalu, berasal dari 2.120 produk reksa dana yang dikelola 96 manajer investasi sejak reksadana pertama di Indonesia terbit pada 1995. Bahkan OJK menargetkan dana kelolaan itu tumbuh menjadi Rp 1.000 triliun pada 2027.

Salah satu pendukung pertumbuhan industri reksa dana yaitu agen penjual. Dalam kondisi ekonomi seperti sekarang, dia juga menyarankan investor untuk menggunakan strategi alokasi aset atau asset allocation menghadapi masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan, baik nasabah retail maupun korporasi.

Arief mengatakan keunggulan reksa dana pasar uang dibanding instrumen pasar uang lain adalah adanya insentif pajak dan tidak ada biaya beli-jual.

Keunggulan lainnya yaitu portofolio yang terdiversifikasi, likuid karena penarikan dana bisa setiap waktu, dan nilai minimal investasi yang rendah. Di dalam reksa dana pasar uang, ada instrumen tabungan, deposito, dan efek utang bertenor kurang dari satu tahun.

“Saat ini kami sangat sarankan investor korporasi dan institusi agar melakukan asset allocation sebagian besar portofolionya ke dalam reksa dana pasar uang.”