BEI Target Kantongi Izin Penyelenggara Bursa Karbon di Kuartal III

Muhamad Fajar Riyandanu
22 Februari 2023, 22:05
BEI Target Kantongi Izin Penyelenggara Bursa Karbon di Kuartal III
ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI
Ilustrasi. BEI menargetkan akan memperoleh izin penyelenggara bursa karbon di kuartal ketiga tahun ini.

Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan pelaksanaan bursa karbon berjalan pada kuartal III 2023. Pelaksanaan bursa karbon dinilai mendesak seiring pelaksanaan perdagangan karbon di sub sektor pembangkit listrik yang mulai aktif pada hari ini, Rabu (22/2).

Kepala Divisi Pengembangan Bisnis BEI, Ignatius Denny Wicaksono, mengatakan lembaganya tengah mengkaji regulasi peraturan terkait pengembangan sistem bursa karbon.

Advertisement

“Di kuartal III harapannya kami sudah dapat izin dari OJK untuk penyelenggaraan bursa karbon,” kata Ignatius, saat menjadi pembicara di agenda peluncuran Perdagangan Karbon Subsektor Pembangkit Tenaga Listrik di Kementerian ESDM pada Rabu, (22/2).

Bursa karbon diharapkan dapat meningkatkan transparansi, likuiditas, dan efisiensi dalam perdagangan karbon di Indonesia. Dalam paparannya, Ignatius menjabarkan perencanaan implementasi bursa karbon pada sub sektor pembangkit listrik.

Dia berharap BEI sudah bisa menerima pendaftaran bagi perusahaan yang ingin mengikuti bursa karbon di paruh kedua atau semester II 2023. “Kami tunggu partisipasi bapak dan ibu, silakan jika ingin mendaftarkan ke kami supaya bisa melakukan transaksi di second half 2023,” ujar Ignatius.

Kementerian ESDM resmi meluncurkan mekanisme perdagangan karbon di sektor pembangkit listrik mulai hari ini, Rabu (22/2). Mekanisme ini akan dijalankan oleh 99 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang dimiliki oleh 42 perusahaan dengan total kapasitas terpasang 33.569 megawatt (MW).

Pelaksanaan perdagangan karbon tahun ini wajib berlaku untuk PLTU batu bara yang tersambung ke jaringan tenaga listrik PLN dengan kapasitas lebih besar atau sama dengan 100 MW.

Berdasarkan peta jalan perdagangan karbon subsektor pembangkit tenaga listrik yang telah disusun, pelaksanaan perdagangan karbon berpotensi dapat menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar lebih dari 36 juta ton CO2e di tahun 2030.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Jisman Hutajulu, mengatakan sejauh ini ada potensi 500 ribu ton CO2e yang bisa diperdagangkan. Hitung-hitungan itu berangkat dari adanya selisih batas keluaran emisi dari 99 PLTU yang ikut dalam perdagangan karbon.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement